loading...
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Karakteristik Sapi
Potong
1. Sapi Limousin.
2. Sapi Simmental.
3. Sapi Brahman.
4. Sapi Brahman Cross (BX).
5. Sapi Brangus.
6. Sapi Aberdeen angus.
7. Sapi Shorthorn.
8. Sapi Droughmaster.
9. Sapi Hereford.
10. Sapi Santa Gertrudis
11. Sapi Madura.
12. Sapi Ongole.
13. Sapi Sumba Ongole (SO).
14. Sapi Peranakan Ongole (PO).
15. Sapi Bali.
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Karakteristik dan jenis sapi potong
Sapi potong merupakan sapi
yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa
disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri umum sapi potong adalah
tubuh besar, badan simetris (berbentuk segi empat/balok), kualitas daging
maksimum, laju pertumbuhan cepat serta efisiensi pakan tinggi.
Secara umum karakteristik ternak sapi adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Sub Class : Plasentalia
Ordo : Ungulata
Sub Ordo : Archolactyla
Rumpun : Selonodat
Family : Bavodae
Genus : Bos
Sub Genus : Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina,
Lepsoburina
Spesies : Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sondaicus
Memperkenalkan sapi potong mulai
dari sejarah asal mula sapi potong hingga memperkenalkan cici-ciri sapi potong
mulai dari warna sampai bobot sapi dari berbagai jenis dan bangsa sapi potong.
PEMBAHASAN
A. Sejarah.
Jenis sapi pertama yang akan kita bahas adalah
jenis sapi Limousine, sapi ini adalah jenis sapi import yang banyak dicari di
Indonesia sapi ini sering menjadi tolak ukur kesuksesan karena ada event
tertentu sapi ini selalu jadi momok orang sukses. Limousine termasuk dalam
kategori jenis sapi tertua, banyak gambar digoa yang dibuat nenek moyang orang
Prancis yang menggambarkan bentuk sapi yang sangat mirip dengan sapi Limousine.
Limousine tinggal didaerah
yang sangat dingin dan rumput juga tidak terlalu tumbuh subur disana, tetapi
kehidupan mereka yang sangat keras ini membuat Limousine berkembang menjadi
sapi dengan tubuh yang baik, ditambah peternak Prancis pada saat itu sangat
menjada kualitas sapi mereka. Sekarang ini sapi Limousin memang dikembang
biakkan dengan cara digemukkan untuk dipotong, berat rata-rata sapi Limousin
betina dewasa adalah 650kg sedangkan berat rata-rata sapi jantan adalah 1000kg.
B.
Karakteristik.
Sapi Limousin merupakan
keturunan sapi Eropa (Bos Taurus) yang berkembang di Prancis. Karakteristik
sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1kg, tinggi mencapai 1,5m, bulu
tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah ke
emasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium
(sapi betina dewasa mencapai 575kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100kg),
fertilisasi cukup tinggi, mudah beranak, mampu menyusui, dan mengasuh anak
dengan baik serta pertumbuhannya cepat
(Blakely dan Bade, 1994). Sapi Limousin merupakan sapi pedaging bertipe besar
dan mempunyai volume rumen yang besar. Keunggulan sapi Limousin dari segi
pertumbuhan badannya yang sangat cepat.
Sapi Limousin dapat
bereproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu
antara 4-15°C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi
(Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), sapi Limousin memiliki berat lahir
rata-rata 39,95kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198kg. Sapi
Limousin termasuk kualitas ternak potong berkualitas baik, bentuk tubuhnya
panjang, dan tingkat pertumbuhannya tinggi (Suharyati dan Madi, 2011).
Sapi Limousin murni masih
sulit ditemukan di Indonesia. Sapi Limousin yang dipelihara oleh peternak
umumnya merupakan hasil persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi Limousin
di Indonesia adalah Limousin Cross. Persilangan tersebut misalnya dengan
peranakan Ongole (PO), Brahman, Hereford. Persilangan sapi Limousin dengan sapi
Ongole dikenal sebagai sapi Limpo (Limousin Ongole). Sapi limpo memiliki ciri
tidak berpunuk, tidak bergelambir, dan warna bulunya hanya berwarna cokelat
kehitaman atau cokelat muda (Syamsul dan Ruhyadi. 2013).
Menurut BBIB Singosari, ciri-ciri sapi Limousin adalah :
·
Warna cokelat muda, kuning agak kelabu.
·
Bentuk tubuh besar, panjang, kompak dan padat.
·
Cocok didaerah yang mempunyai curah hujan tinggi.
Keunggulan sapi Limousin :
·
Pertumbuhan badan sangat cepat.
·
Berat jantan dewasa mencapai lebih 1000kg.
·
Kualitas daging tinggi.
·
Telah dikenal dan disukai peternak.
A.
Sejarah.
Sapi
Simmental dikalangan peternak popular dengan nama sapi metal, dan sebagian
peternak atau pedagang sapi kadang salah dengan menyebutnya sapi limousin. Sapi
Simmental adalah bangsa bos Taurus (Talib dan Siregar,1999), sapi Simmental
namanya berasal dari nama daerah dimana ternak pertama kali dibiakkan yaitu
limbah simme yang terletak di Oberland Berner di Swiss. Sementara itu di Jerman
dan Australia sapi Simmental dikenal dengan nama Fleckvieh, dan di Prancis
sebagai Pie Rouge. Sekarang berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika,
warna bulu cokelat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah
serta ujung ekor berwarna putih, sapi jantan dewasanya bisa mencapai bobot
badan 1150kg, sedangkan pada betina dewasanya 800kg. Sejak berkembang biak di
Swiss kini sapi Simmental telah menyebar dan berkembang biak dengan baik di
seluruh enam benua. Jumlah total diperkirakan antara 40-60 juta sapi Simmental
diseluruh dunia, dengan lebih dari setengah
di Eropa.
Penyebarannya
sendiri dilakukan secara bertahap sampai akhir 1960-an. Catatan menunjukan
bahwa beberapa sapi Simmental yang di eksport ke Italia pada awal 1400-an.
Selama abad ke-19, sapi Simmental dibagikan melalui sebagian besar dari Eropa
Timur, Brazil, Jepang, Cina dan Rusia, akhirnya mencapai Afrika Selatan pada
tahun1895. Guatemala mengimport sapi Simmental pertama kebelahan bumi Barat
pada tahun 1897, berikutnya Brazil pada tahun 1918 dan Argentina pada tahun
1922. Pada tahun 1976 juga dikirim ke Republik Cina.
Sapi
Simmental mempunyai daya hidup yang lebih lama, pada umur 12 tahun sapi ini
masih mampu menghasilkan pedet yang bagus. Selain sebagai sapi potong, induk
sapi Simmental dapat menghasilkan susu yang berkualitas baik dan di konsumsi.
Oleh karena itu sapi Simmental merupakan bangsa sapi yang ideal untuk digunakan
dalam persilangan.
B.
Karakteristik
Sapi
Simmental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pada tahun 1990 bulu
sapi Simmental berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan
berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih
baik.
Sapi
Simmental adalah jenis sapi jinak dan mudah dikelola, dan dikenal dengan pola
daging yang ekstrim. Sapi Simmental yang asli badannya besar dengan tulang iga
yang dangkal, tetapi akhir-akhir ini tubuh yang sedang lebih disenangi. Bobot
sapi jantan dewasa adalah 1000-1400kg, sedangkan bobot betina dewasa adalah
600-850kg. Masa produksi sapi betina 10-12 tahun.
Secara
genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim
dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluantry
intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang
tinggi dan metabilc rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana
pemeliharaan yang lebih teratur
A.
Sejarah
Sapi Brahman
yang banyak dikenal juga dengan Brahman adalah jenis sapi yang berasal dari India. Awalnya sapi ini adalah sapi yang
disucikan oleh masyarakat India, dengan cuaca di India yang ekstrim membuat
sapi Brahman harus kuat untuk bertahan hidup, melihat begitu kuat fisik dari
sapi ini membuat salah satu peternak sapi yang berasal dari Amerika mencoba
mengembang biakkan jenis sapi ini didataran Amerika. Dengan teknologi yang
memadai di Amerika, sapi Brahman kini telah menjadi sapi dengan kualitaas
daging yang baik, bobot ukurannya pun berubah. Sekarang sapi Brahman yang di
import dari Amerika dapat memiliki berat 2200kg pound atau sekitar 900kg.
Sapi Brahman
merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos Indicus, yang
kemudian di eksport ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah kenkrej
(Guzerat), Nelore, Gir, dan Ongole. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk
besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada. Memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih baik dari
sapi Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit berminyak
diseluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit.
B.
Karakteristik
Karakteristik
sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa 800-1000kg, sedangkan
betina dewasa 500-700kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-35kg, dan dapat
tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi lainnya.
Presentase karkas 48,6-54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83-1,5kg.
Sapi Brahman
memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam.
Kebanyakan berwarna abu-abu muda dan abu-abu tua. Sapi jantan berwarna lebih
tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan paha
bagian bawah. Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka
dapat bertahan pada suhu 8-105°F, tanpa gangguan selera makan dan produksi
susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi Eropa dan dikenal
dengan Brahman Cross (BX).
A.
Sejarah
Menurut
Minish dan Fax (1979) dalam (Priyo 2008) sapi Brahman hasil persilangan dengan
Hereford disebut dengan Brahman Cross (BX). Masih dalam priyo (2008), Tuner
(1977) menambahkan bahwa sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembankan di
stasiun CSIRO’S Tropical Cattle Research Center di Rochkhampton
Australia.materi dasarnya adalah American Brahman, Hereford dan Shortorn.
B.
Karakteristik
Sapi BX
mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford,dan 25% adalah darah
Shortorn. Secara fisik bentuk fenotip sapi BX lebih cenderung mirip sapi
American Brahman karena proporsi darahnya lebih dominan, seperti punuk dan
gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar dan menggantung,
sedangkan dengan warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya. Di Indonesia
sapi BX di import dari Australia sekitar pada tahun 1973 namun penampilan yang
dihasilkan tidak sama dengan di Australia.
Sapi BX
mempunyai sifat-sifat seperti :
Presentase kelahiran 81,2%.
Rataan bobot lahir 28,4kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212kg dan umur 18 bulan
bisa mencapai 295kg. Angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar
5,2%, mortalitas sebelum disapih 4,4%, mortalitas setelah sapih sampai umur 15
bulan sebesar 1,2% dan mortalitas dewasa sebesar 0,6%.
Daya tahan
panas cukup tinggi karena produksi panas basal rendah dengan mengeluarkan panas
yang efektif. Ketahanan terhadap penyakit dan parasit sangat baik, serta efisiensi penggunaan pakan terletak
antara sapi Brahman dan persilangan Hereford Shortorn (Turner, 1997 dalam
Priyo, 2008)
A.
Sejarah
Sapi Brangus
merupakan hasil persilangan sapi betina Brahman dan pejantan Angus. Komposisi
genetiknya 3/8 Brahman dan 5/8 Aberdeen Angus. Sapi Brangus berasal dari
Oklahoma, Amerika Serikat. Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis
BX ( Brahman Cross).
B.
Karakteristik
Ciri khasnya
adalah warna hitam dan tanduk kecil. Untuk ciri yang lainnya adalah leher dan
telinga pendek, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh.
Sifat Brahman yang diwarisi Brangus adalah dengan adanya punuk, tahan udara
panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang
mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan produktivitas daging
dan presentase karkasnya tinggi.
Keunggulan
sapi Brangus antara lain tubuh besar dan kompak, pertumbuhannya cepat, berat
badan dewasa diatas 900kg, tahan terhadap iklim tropis dan pakannya sederhana.
Sapi Brangus merupakan tipe dwiguna (dual purpose) jadi dapat berfungsi sebagai
penghasil daging dan penghasil susu. Sebagai penghasil daging, karkas sapi
Brangus di kabupaten Sragen dapat mencapai +53% dengan kualitas daging :
protein 11,5% dan lemak 8,8% dengan lebel 14 dan dinyatakan sebagai daging baik
(hasil uji Lab. BPPV Yogyakarta) sebagai penghasil susu, induk sapi Brangus yang baru melahirkan mampu
memproduksi susu sampai +4 liter/ekor.
A.
Sejarah
Jenis sapi
yang awalnya berasal dari Skotlandia berkembang dibeberapa negara Eropa
termasuk Inggris dan Australia, lalu
belakangan ini sapi Aberdeen angus banyak ditemukan di Amerika sebagai sapi
ternak, tercatat ada sekitar 323.000an sapi Aberdeen Angus yang diternakkan di
Amerika Serikat. Kebanyakan sapi ini memiliki warna hitam dengan bibit yang
sangat besar, selain kualitas dagingnya yang baik Aberdeen Angus juga memiliki
daya tahan tubuh yang tak kalah dengan sapi Brahman karena survey di Amerika
membuktikan bahwa jarang sekali sapi Aberdeen angus sakit karena cuaca buruk.
B.
Karakteristik
Sapi Angus
(Aberdeen Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini tidak memiliki
tanduk pada umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi sebagai
penghasil daging dan tidak dipergunakan sebagai penghasil susu. Pedet ukurannya
kecil sehingga induk tidak mengalami banyak stress saat proses melahirkan.
Untuk memperbaiki genetik sapi ini sering dikawin silang dengan sapi lain,
misalnya sapi Brahman. Hasil tersebut disebut Brangus (Brahman Angus).
Di Indonesia
sapi Angus diperkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia Baru dibeberapa tempat
di jawa tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang,
keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak,
tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan dewasa 900kg, sedangkan
sapi betina dewasa 700kg. Presentase karkas 60%, dengan mutu daging yang sangat
baik dengan lemak yang menyebar dengan baik didalam daging.
A.
Sejarah
Shorthorn adalah sapi yang pengembangannya berasal dari negara Inggris bagian utara.
Sapi Shorthorn betina dapat mencapai bobot di atas 850kg, sementara sapi
Shorthorn jantan dewasa dapat mencapai bobot di atas 1100 kg, Pada mulanya
sapi Shorthorn merupakan tipe sapi perah. Sapi ini pertama kalinya di eksport
dari inggris ke amerika pada sekitar tahun 1718. Sapi ini juga disebut sebagai sapi dari jenis sapi Durham.
B.
Karakteristik
Sapi Shorthon mempunyai beberapa ciri khas yaitu
berbulu putih, cokelat tua atau cokelat bata, memiliki kepala yang pendek
dan melebar, memiliki ukuran tanduk yang
pendek menjalur kearah samping dan ujungnya melengkung kearah depan, memiliki
leher dengan ukuran pendek namun besar, memiliki bidang dada yang rata,
memiliki bentuk bahu yang lebar,
berdaging tebal dan serat dagingnya kuat, mempunyai tulang rusuk yang
melengkung melebar, garis punggungnya lurus hingga pangkal ekor.
Sapi Shorthrn mempunya kelebihan tersendiri dalam
kesuburannya serta memiliki sifat keindukan yzng baik. Tingkat emosinya sangat
baik serta pertumbuhannya sangat cepat. Selain itu sapi Shorthorn mempunyai
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan berbeda dengan baik. Dan juga memiliki
kemampuan memanfaatkan pakan secara efisien serta mampu memproduksi susu dengan
produksi yang tinggi.
A.
Sejarah
Droughtmaster
adalah jenis sapi yang diciptakan hasil persilangan antara varietas sapi Zebu
Melbourne (bos indicus atau sapi berpunuk) and bos Taurus, zero Melbourne
adalah varietas sapi asal Australia yang sangat kuat berada dicuaca tropis ekstrim dan bos Taurus adalah varietas sapi
keturunan Inggris yang terkenal dengan bentuk tubuh yang proposional. Kini
Droughtmaster masuk dalam jenis sapi ukuran menengah dengan warna tan untuk
kemerahan.
B.
Karakteristik
Sapi
Droughmaster merupakan persilangan antara betina Brahman dan jantan Shorthorn,
dikembangkan di Australia. Banyak dijumapai di peternakan di Indonesia. Sifat
Brahman lebih dominan, badannya besar dan ototnya padat. Warna bulu merah
cokelat muda hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing betina terdapat bercak
warna putih.
A.
Sejarh
Sapi yang
dikembang biakan di daerah herefordsire Inggris adalah jenis sapi yang sangat
besar malah pada dahulu bibit sapi ini lebih besar dari keturunan Hereford
sekarang, seorang peternak sapi yang bernama Benjamin Tomkins menulis pada
bukunya bahwa ia pernah memelihara sapi Hereford deengan berat sebeesar 3.900
pound atau sekitar 1,7 ton. Walaupun begitu, sapi Hereford masih memiliki berat
ideal sekarang ini walaupun tidak sebesar dahulu, berat sapi Hereford jantan
dewasa bisa mencapai 1.800 pound dan rata-rata berat betina sekitar 1.200
pound.
B.
Karakteristik
Sapi
Hereford berasal dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan dewasa rata-rata 900kg dan berat
betina dewasa 725kg. Bulunya berwarna merah kecuali bagian muka, dada, perut bawah, dan ekor berwarna
putih. Bentuk badan membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagian sapi
bertanduk dan yang lainnya tidak.
A.
Sejarah
Memang nama
ini tidaklah sepopuler jenis Simmental dan limousin. Sapi Santa Gertrudis ini
merupakan hasil silangan dua jenis sapi unggul yaitu hasil persilangan pejantan
Brahman dan betina Shorthorn yang dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas
Amerika Serikat tahun 1943. Sapi jenis santa gertrudis ini masuk ke Indonesia
pada tahun 1973.
B.
Karakteristik
Bobot jantan
dewasa rata-rata 900kg dan betina dewasa 725kg. Badan sapi besar dan padat.
Seluruh tubuh dipenuhi bulu halus dan pendek serta berwarna merah kecokelatan.
Punggungnya lebar dan dada berdaging tebal. Kepala lebar, dahi agak berlekuk
dan mukanya lurus. Gelambir lebar ada dibawah leher dan perut. Sapi jantan
berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan dewasa mencapai 900kg
sedangkan betina dewasa mencapai 725kg.
Dibanding
sapi Eropa sapi Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih
baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigit caplak.
A.
Sejarah
Sapi Madura
adalah bangsa sapi potong asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan antar
Banteng dengan Bos Indicus atau sapi Zebu (Harddjosubroto dan Astuti, 1994),
yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan
marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987).
Sapi Madura
bukan merupakan varietas sapi asli. Sapi Madura terkenal dengan sapi yang kuat
akan cuaca tropis, tahan terhadap penyakit serta memiliki daya tahan akan
caplak dan kutu. Sapi Madura termasuk jenis sapi potong tetapi banyak
masyarakat Madura merawat mereka sebagai sapi pacuan dan lomba, bobot sapi
Madura yang ideal adalah 500kg.
B.
Karakteristik
Karakteristik
sapi Madura sudah sangat beragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan
kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha
sebelah dalam berwarna putih dengan perlihatan yang kurang jelas, bertanduk
khas dan jantannya bergumba.
Ciri-ciri umum sapi Madura :
·
Baik jantan atau betina sama-sama berwarna merah bata.
·
Paha belakang berwarna putih.
·
Kaki depan berwarna merah muda.
·
Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil pendek berukuran 10cm, sedangkan pada
jantan berukuran 15-20cm.
·
Panjang badan mirip sapi bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil
secara umum.
A.
Sejarah
Sapi ongol
adalah salah satu varietas sapi zebu atau sapi berpunuk, sapi ongol merupakan
sapi yang berasal dari India tetapi banyak juga ditemukan di Indonesia. Sapi
Ongole umumnya berwarna putih dan keabu-abuan, sapi Ongole memiliki ciri punuk
yang besar dan badan yang agal bergelambir dengan bibit berat sekitar
450kg, kualitas daging Ongole sebenarnya
tidak terlalu baik dibandingkan dengan jenis sapi lain tetapi harganya sapi
Ongole yang terbilang relative murah membuat sapi ini laku dipasaran masyarakat
Indonesia. Sapi Ongole banyak dikawinkan dengan sapi Jawa sehingga ada istilah
sapi PO (peranakan Ongole ) yang mirip dengan Ongole walaupun agak sedikit
kecil.
B.
Karakteristik
Sapi Ongole
merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang longgar dan
menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek, kepala bagian depan
lebar diantara kedua mata, bentuk mata elips dengan bola mata berwarna hitam.
Telinga agak kuat, ukuran 20-25cm dan agak menjatuh. Tanduk pendek dan tumpul,
tumbuh kedepan dan ke belakang. Pada pangkal tanduk tebal dan ada retakan.
Warna sapi
Ongole yang popular adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua,
pada leher dan kaki kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak
mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu
tua. Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot
jantan dewasa sampai 600kg dan betina dewasa 300-400kg dengan berat lahir
20-25kg, presentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging : tulang 3,23 : 1.
A.
Sejarah
Sapi Sumba
Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan ke
Indonesia. Sapi ini kemudian dikembangkan secara murni di pulau Sumba dan
merupakan sumber indukan sebagian besar sapi Ongole di dalam negeri. Sapi-sapi
india dimasukkan pertama kali oleh pemerintah Hindia Belanda kepulauan Sumba,
pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi, yang
dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi
Ongole. Ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan
berkembang dengan cepat, di pulau yang sangat panjang musim kemaraunya ini.
Sekitar 7-8 tahun kemudian, pada tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda
menetapkan pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini
disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi pejantan, berikut 496 ekor sapi Ongole
betina serta 70 ekor sapi anakan Ongole.
Pada tahun
1917, untuk pertama kali sapi Sumba Ongole dieksport ke daerah Sulawesi Utara,
Kalimantan, dan Jawa. Dalam Laporan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur
(1989) tercatat, pada tahun 1917 pulau Sumba sudah mengeksport 6 ekor bibit
sapi Sumba Ongole pejantan. Dua tahun kemudian pada tahun 1919, eksport sapi
Sumba Ongole dari pulau sumba tercatat sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929
meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi asal Sumba ini pun memiliki merek
dagang, sapi Sumba Ongole (SO).
Perkembangan
selanjutnya, sumba kembali ditentukan sebagai pusat pembibitan sapi Ongole
murni di masa pemerintahan Soeharto, melalui Undang-Undang Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967.
B.
Karakteristik
Sapi Sumba
Ongole sangat mudah dikenali. Warna kulitnya putih, disekitar kepala sedikit
gelap cenderung abu-abu. Postur tubuhnya agak panjang, leher sedikit pendek dan
kaki terlihat panjang. Bobot maksimal sapi jantan dewasa 600kg dan sapi betina
400kg. presentase karkas 46-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 : 1.
A.
Sejarah
Pada tahun
1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di bidang peternakan yang
disebut Ongolisasi mengawin silangkan sapi Ongole dengan sapi Jawa, untuk
memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi Peranakan Ongol (PO).
Sesuai
dengan induk persilangannya, Maka sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja,
mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan,
memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas produksi induknya cepat kembali normal
setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik.
B.
Karakteristik
Sapi
Peranakan Ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk kepala pendek
melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar. Pada sapi PO
jantan kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya, mata besar
terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar
1 cm dari mata berwarna hitam. Ciri khas yang membedakan sapi PO dengan
sapi lainnya adalah punuk diatas gumba, kaki panjang berurat kuat, serta ada
gelambir yang menggantung dari bawah kepala, leher sampai perut. Saat dewasa,
jantan PO bisa mencapai bobot sekitar 600kg dan yang betina rata-rata 450kg.
Pertambahan bobot sapi PO berkisar antara 0,4-0,8kg/hari.
A.
Sejarah
Sapi Bali
merupakan keturunan Banteng liar (Bos Bibos atau Bos Sondaicus) yang telah
mengalami proses domestikasi selama berabad-abad. Domestikasi sapi Bali diduga
terjadi di Asia Tenggara dan terpusat di Indonesia. Sapi Bali didomestikasi
selama lebih kurang 3500 SM (Rolinson, 1984). Sapi Bali merupakan satu dari
empat bangsa sapi lokal utama (Aceh, Pesisir, Madura, dan Bali) di Indonesia.
Hubungan antara sapi Bali dan sapi lokal lainnya telah banyak diteliti, salah
satunya dengan analisis DNA Mitokondria. Menurut Kusdiantoro (2009) hubungan
maternal dari sapi Bali asli dari empat tempat berbeda (Sulawesi, Bali,
Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat) berhubungan erat dengan Banteng ditinjau
dari analisis DNA Mitokondria (mt), Kromosom Y (Y) dan Mikrosatelit Alel
Autosom (µst).
B.
Karakteristik
Sapi Bali
terkenal karena keunikan dan keunggulannya dibanding jenis sapi lain. Sapi Bali
memiliki banayak sifat unggul diantaranya reproduksi sangat baik, cepat
beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang sangat ekstrim, tahan
terhadap penyakit, dapat hidup dilahan kritis,
memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan dan persentase karkas yang
tinggi. Tidak heran bila sapi Bali merupakan jenis sapi terbaik diantara
sapi-sapi yang ada di dunia.
Secara
fisik, sapi Bali mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya,
sehingga termasuk hewan dimoprhismsex. Pada saat masih “Pedet”, bulu badannya
berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa sapi Bali jantan berwarna
lebih gelap bila dibandingkan dengan
sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata
menjadi cokelat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak
umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat
berubah menjadi cokelat tua atau merah bata kembali apabila sapi Bali jantan
itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormone Testosterone. Kaki dibawah
persendian telapak kaki depan (Articulatio Carpo Metacarpeae) dan
persendian telapak kaki belakang (Articulatio
Tarco Metatarseae) berwarna putih. Kulit yang berwarna putih juga
ditemukann pada bagian pantatnya dan pada paha dalam kulit berwarna putih
tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada
bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih
terdapat diantara bulu yang cokelat (merupakan bintik-bintik putih) yang
merupakan kekecualian atau penyimpangan yang ditemukan sekitar kurang dari pada
1%. Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk
badan memanjang.
Badan padat
dengan dada yang mendalam. Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir
kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Pada tengah-tengah
(median) punggungnya selalu ditemukan warna hitam membentuk garis (garis belut)
memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam tanduk pada sapi
jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina
tumbuh kebagian dalam.
Bobot badan
sapi Bali sangat respondensif terhadap usaha-usaha perbaikan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah jenis kelamin, perlakuan,
lingkungan, dan faktor keturunan. Pada umur 1,5 tahun bobot sapi Bali mencapai
217,9kg. Apabila konsentrat tinggi maka kenaikan bobot badan bisa mencapai
0,87kg/hari. Sapi Bali memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi dan
bobot badannya meskipun dipelihara di padang penggembalaan yang kualitasnya rendah.
Disamping itu kemampuannya mencerna serat dan memanfaatkan protein pakan lebih
baik dari pada sapi lainnya.
Dari segi
reproduksi, sapi Bali termasuk sapi yang subur. Persentase beranaknya berkisar
antara 40-80%, tinggkat reproduksi yang tinggi ini terlihat dari selang beranak
yang pendek yakni mendekati satu tahun. Fertilitas sapi Bali berkisar 83-86%,
lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60%.
Sapi Bali
merupakan ternak potong andalan Indonesia. Ternak ini memiliki persentase
karkas yang tinggi, lemaknya sedikit serta perbandingan tulang dan dagingnya
sangat rendah. Dari segi produksi
karkas, sapi Bali memiliki persentase karkas yang tinggi dari pada sapi unggul
lainnya. Persentase sapi Bali berkisar 56-57%.
Keunggulan
sapi Bali tampak pada hidupnya yang sederhana, mudah dikendalikan dan jinak.
Sapi Bali dapat hidup dengan memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi, tidak
selektif terhadap makanan, dan memiliki daya cerna terhadap makanan serat yang
cukup baik. Kelebihan yang paling mencolok adalah kemampuan beradaptasi dengan
baik pada kondisi lingkungan yang kuranng menguntungkan, terutama pada daerah
baru yang belum ada ternak sapi atau belum mengenal budidaya pemeliharaan sapi.
Oleh karena sifat inilah sapi Bali sering disebut sebagai sapi perintis atau
sapi pelopor. Sapi Bali termasuk ternak dwiguna, yaitu dapat dimanfaatkan
sebagai ternak kerja dan ternak potong. Sebagai ternak kerja, sapi Bali
tergolong kuat dan cepat dalam mengerjakan lahan pertanian karena memiliki kaki
yang bagus dan kuat debandingkan dengan sapi Peranakan Ongole. Sapi Bali yang
dapat diandalkan untuk pembangunan subsector pertanian ini memiliki beberapa
kelemahan yang menjadi faktor pembatas dalam program pengembangan sapi Bali.
Kelemahan tersebut antara lain ukuran tubuhnya relative kecil, produksi susu
rendah sekitar 1-1,5 l/hari sehingga pertumbuhan anak sapi lambat, dan masih
tingginya angka kematian anak pada pemeliharaan secara ekstensif, selain itu
sapi Bali mudah terserang penyakit khusus seperti penyakit jembrana dan ingusan.
16. Sapi Angus.
A.
Sejarah
Sapi Angus
merupakan yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan
terhaadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman. Sapi Angus ini
masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru.
Sapi ini
juga mempunyai tingkat produktivitas dalam
berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan
yang sangat bagus untuk berkembang biak
dan menyusui anaknya.
B.
Karakteristik
Bangsa sapi angus ini berasal dari negara skonlandia
yang diimpor ke amerika untuk disilangkan dan dikembangkan guna meningkatkan
industri sapi pedaging. Bangsa sapi angus
memiliki ciri-cirinya, yaitu :
· Sapi
angus ini warnanya hitam dengan bulu yang halus dan tidak bertanduk.
· Ukuran
badannya relatif kecil yaitu yang jantan dapat mencapai berat badan sampai 850
kg sedang yang betina mencapai 675 kg.
· Berat
lahir dan berat sapihnya termasuk golongan kecil.
· Sifat-sifat
yang menonjol dan mempunyai arti penting adalah tahan terhadap hawa dingin,
mempunyai kemampuan memelihara anak, fertilitasnya tinggi.
· Kualitas
karkas istimewa dengan tulang-tulang yang kecil, perdagingan baik dan
persentase lemak yang rendah.
· Rata-rata
pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 1,1 kg sampai 1,2 kg/hari.
Bangsa sapi ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten
Sragen dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki
ADG sebesar 0,58 kg per hari.
3.1 Kesimpulan
Pada sapi potong terdiri dari
berbagai bangsa dan jenis sapi potong. Terdiri dari bangsa Bos Taurus,
golongan sapi-sapi eropa, Bos Indicus, golongan sapi-sapi berpunuk, Bos
Sondaicus, golongan banteng (Bos Banteng).
a.
Bos Taurus
· Sapi
Angus
· Sapi
Hereford
· Sapi
Shorthorn
· Sapi
Simmental
· Sapi
Limousin
· Sapi Aberdeen Angus
b.
Bos Indicus
· Sapi
Brahman
· Sapi Brahman Cross (BX)
· Sapi Brangus
· Sapi Droughmaster
· Sapi
Ongole
· Sapi Sumba Ongole (SO)
· Sapi Peranakan Ongole (PO)
· Sapi Santa Gertrudis
c.
Bos Sondaicus
· Sapi
Bali
· Sapi
Madura
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke-4. Gajah Mada
University press,
Yogyakarta (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
http://doymisa.blogspot.co.id/2015/05/karakteristik-dan-jenis-sapi-potong.html?m=1
http://www.illmuternak.com/2015/05/karakteristik-sapi-limousin-limosin.html?m=1
http://bbibsingosari.com/variant/
http://www.ilmuternak.com/2015/01/sejarah-sapi-simmntal.html?m=1
http://damarapeka.wordpress.com/2011/07/14/bangsa-bangsa-sapi-potong/
0 Response to "ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG"
Posting Komentar