MOTIVASI

INGAT!! ALLAH SELALU ADA BOLEH DILIRIK TAK BOLEH TERTARIK

Halaman

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH

loading...

 DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
I.      PENDAHULUAN
1.1.... Lokasi dan Letak Geografis12
1.2.... Sejarah Perusahaan
1.3.... Bidang Usaha yang Dijalankan
II.    METODE
2.1.... Materi
2.2.... Cara Kerja
2.3.... Waktu dan Tempat
III.  KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1.... Kegiatan Rutin
         3.1.1    Pemerahan
3.1.1.1  Pra Pemerahan...................................................................
3.1.1.2  Pelaksanaan Pemerahan....................................................
3.1.1.3  Pacsa pemerahan...............................................................
        3.1.2      Pembersihan Kandang....................................................................
        3.1.3     Pakan
3.1.3.1  Pembuatan Pakan..............................................................
             a.   Konsentrat...................................................................
             b.  Chopping.....................................................................
c.     Pencampuran Pakan dan Distribusi Pakan
3.1.4    Reproduksi
3.1.5    Biosecurity dan Kesehatan Hewan...............................................
3.2.... Kegiatan Insidental
3.2.1     Pemotongan Tanduk......................................................................
3.2.2     Pemotongan Kuku.........................................................................
3.2.3     Penimbangan Bobot Badan...........................................................
3.3.... Kegiatan Penunjang
3.3.1    Pemupukan Kebun Rumput..........................................................
3.3.2     Penanganan Limbah......................................................................
3.4    Evaluasi Kecukupan Pakan
3.5.... Analisis Ekonomi
IV.  KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.... Kesimpulan
4.2.... Saran
DAFTAR PUSTAKA50


DAFTAR GAMBAR
Gambar                                                                                                      Halaman
1. Milking Parlour
2. Perlengkapan Pemerahan
3. Pemberian Pakan
4. Penggiringan ke Holding Area
5.  Kegiatan Pemerahan
6.  Predipping
7. Pemasangan Cluster
8. Pembersihan Area Pemerahan
9. Cooling Room
10. Pembersihan Kandang Sapi Laktasi
11. Merapihkan Bedding Kandang Laktasi
12. Pembersihan Kandang Sapi Dara
13. Pencampuran Pakan
14.Proses Pencacahan
15.Ciri-ciri sapi Birahi
16. Pelaksanaan Inseminasi Buatan
17. Kolam Desinfektan
18. Pemotongan Kuku
19. Pemupukan Lahan
20.Penanganan Limbah
DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                          Halaman
1. Jumlah Sapi Perah Berdasarkan Kelompok
2. Area Pemerahan
3. Uji kualitas susu tanggal 27 januari 2017
4. Skor Deteksi Birahi
5. Program Vaksinasi
6. Bobot standar
7. Evaluasi Kecukupan Pakan
8. Kebutuhan bahan kering (BK) sapi laktasi pada 4% FCM
9. Kebutuhan zat makanan sapi perah betina dewasa per hari

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran                                                                                                   Halaman
1. Produksi Susu Harian
2. Perhitungan Evaluasi Pakan55
3. Analisis Ekonomi PT. Fajar Taurus Indonesia59
4. Struktur Organisasi62
RINGKASAN
Praktik Kerja dengan judul Tatalaksana Kegiatan Pemerahan pada Sapi Perah di PT. Fajar Taurus Indonesia Sukabumi - Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 10 Januari sampai dengan 10 Februari 2017. Lokasi kerja praktik di PT. Fajar Taurus Indonesia di Jalan Raya Bogor - Sukabumi km 10, tepatnya di Jalan Tenjo Ayu, Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
            Materi yang digunakan adalah sapi perah jenis Friesian Holstein (FH) sebanyak 350 ekor  sapi laktasi. Tatalaksana yang dilakukan meliputi kegiatan rutin, kegiatan insidental dan kegiatan penunjang. Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pembuatan pakan serta pemberian pakan dan minum, pembersihan kandang, pemerahan serta pendistribusian dan reproduksi. Kegiatan insidental yang dilakukan yaitu pemotongan kuku, pemotongan tanduk, penanganan kelahiran pedet dan perawatan kesehatan. Kegiatan penunjang yang dilakukan yaitu pembuatan silase.
            Kegiatan pemerahan yang dilakukan di PT Fajar Taurus Indonesia sebanyak dua kali yaitu pagi hari pada pukul 08:00 WIB sampai dengan selesai dan malam hari pada pukul 20:00 WIB sampai dengan selesai. Kegiatan pemerahan dilakukan sesuai SOP ( Standard Operasional Procedure ) dengan menggunakan alat pemerahan otomatis yaitu milking parlour. Produksi rata-rata susu yang dihasilkan yaitu sekitar 12 liter/hari.
            Dalam praktik kerja tersebut membahas kegiatan-kegiatan, rutin, insidental serta kegiatan penunjang dan tatalaksana kegiatan pemerahan sapi perah di PT. Fajar Taurus Indonesia. Pemeliharaan serta kegiatan pemerahan dilakukan sesuai SOP . Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen pemeliharaan dan tatalaksana pemerahan di PT. Fajar Taurus Indonesia sudah baik karena sudah memakai peralatan modern.
Kata kunci : Sapi Friesian Holstein, pemeliharaan, pemerahan.

 I. PENDAHULUAN

1.1.            Lokasi dan Letak Geografis

Lokasi PT. Fajar Taurus Indonesia berada  di Jalan Raya Bogor-Sukabumi km 10, tepatnya di Jalan Tenjo Ayu, Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dengan batas-batas lokasi , sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Manggis Hilir , sebelah Selatan dengan Kampung Cilayur , sebelah Barat dengan PT. Delima dan sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Manggis Girang  .
Desa Benda secara geografis berada pada ketinggian 500 - 550 m di atas permukaan laut. Suhu udara di PT. Fajar Taurus Indonesia berkisar 19 - 29˚C dengan curah hujan 3.200 mm per tahun dan kelembaban relatif udara 70 - 80%. PT. Fajar Taurus menempati area seluas 50 ha dengan luas bangunan 10 ha, luas lahan hijauan 32 ha dan luas lahan palawija 8 ha. Luas lahan 32 ha terdiri dari 12 blok (A sampai dengan L), 4 blok di Cilayur, Taurus II di Desa Benda, Kuta, Tenjo Ayu, dan 4 blok di Pecantilan.

1.2.            Sejarah Perusahaan

PT. Fajar Taurus Indonesia awalnya merupakan suatu perusahaan peternak kecil milik Ny. Suhardani Bustanil Arifin yang memelihara 9 ekor sapi induk PFH.  Usaha peternakan sapi perah dimulai pada tahun 1966 berlokasi di Cijantung, Jakarta. Pada tahun 1973 dibuka unit cabang di Tenjo Ayu, Sukabumi.  Pada tanggal 12 Mei 1974 perusahaan ini diubah menjadi perseroan dengan nama PT. Fajar Taurus. Tujuan utama didirikannya adalah membuka lapangan usaha untuk peningkatan gizi masyarakat. Pada tahun 1975 diadakan penambahan sapi laktasi jenis Friesian Holstein sebanyak 30 ekor dan pada tahun yang sama PT. Fajar Taurus Indonesia telah mempunyai lahan kurang lebih 10 ha di Tenjo Ayu, Desa Benda, Sukabumi. Pada tahun 1976 dibangun fasilitas perusahaan seperti kantor, mess, rumah pimpinan di lokasi yang baru dan memperluas kahan menjadi 15 ha. Pada tahun 1977 dibuat sumur artesis dengan kedalaman 80 m sekitar 10 m dari kandang Taurus 1 dan 100 m dari kandang Taurus II. 
Tahun 1979 seluruh kegiatan dipindahkan ke Kampung Tenjo Ayu Kabupaten Sukabumi. Tahun 2001 dilanjutkan dengan merintis pembuatan 1 unit kandang tipe Free-Stall barn. Sampai saat ini telah terdapat 3 unit kandang free stall barn  yang diperuntukkan  sapi laktasi. Jumlah sapi perah di PT. Fajar Taurus Indonesia saat ini berjumlah 685 ekor yang terdiri dari sapi laktasi, bunting kering, kering kosong, dara bunting, dara siap kawin (DSK), dara pra kawin 1 (DPK 1), dara pra kawin 2 (DPK 2), dara pra kawin 3  (DPK 3), pedet lepas susu (PLS) dan pedet minum susu (PMS).

1.3.            Bidang Usaha yang Dijalankan

Peternakan PT. Fajar Taurus berusaha dalam bidang peternakan sapi dan kambing perah, yang mempunyai tujuan utama yaitu menghasilkan produksi susu guna meningkatkan kesehatan masyarakat serta membuka lapangan usaha. Kegiatan yang dilakukan PT. Fajar Taurus Indonesia adalah :
1.                  Pemeliharaan sapi perah dengan kegiatan rutin, kegiatan insidental, dan kegiatan penunjang.
2.                  Memproduksi susu sapi perah kemudian akan dilakukan pengolahan tahap pertama yaitu pendinginan.
3.                  Pemasaran produk susu sapi dan susu kambing  ke perusahaan pengolahan susu PT. Yummy Food Utama dan sebagai produknya adalah yoghurt.

II.      METODE

2.1       Materi

Materi yang digunakan dalam pelaksanaan praktik kerja adalah sebagai berikut:
1.      Sapi perah bangsa Friesian Holstein dengan populasi 685 ekor (Tabel. 1. Jumlah sapi perah berdasarkan kelompok)
2.      Alat perkandangan yang digunakan yaitu  selang, pendorong pembersih lantai, skop, meteran, karung pakan,  timbangan. Alat pemerahan seperti milk can, milking parlour, sapu tangan, ember plastik, kompor gas. Alat-alat pendukung seperti mesin pencacah rumput, pompa air, Truk TMR, Truk pengangkut hijaun, Vertikal Mixing, truk pengangkut susu, cooling unit, botol susu, ember plastik, karung pakan, sapu lidi, pemotong kuku, dehorner, ear tag.
    Tabel 1. Jumlah Sapi Perah Berdasarkan Kelompok
No
Kelompok
Jumlah (Ekor)
1
Pedet Minum Susu (PMS)
33
2
Pedet Lepas Susu (PLS)
29
3
Dara Pra Kawin 1 (DPK 1)
41
4
Dara Pra Kawin 2 (DPK 2)
18
5
Dara Pra Kawin 3 (DPK 3)
24
6
Dara Siap Kawin (DSK)
42
7
Dara Bunting (DB)
52
8
Bunting Kering (BK)
80
9
Kering Kosong (KK)
15
10
Laktasi
350
Total
685
Sumber : Data PT. Fajar Taurus Indonesia, 11-01-2017

2.2       Cara Kerja

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan selama praktik kerja di PT. Fajar Taurus Indonesia meliputi:
1.      Kegiatan Rutin meliputi : pemberian pakan dan air minum, permbersihan kandang , pemerahan, kegiatan reproduksi, penanganan kesehatan ternak.
2.      Kegiatan insidental seperti : pemotongan kuku,, penimbangan bobot badan, pemotongan tanduk, penanganan kelahiran.
3.      Kegiatan penunjang meliputi :  pemupukan lahan hijauan, evaluasi dan diskusi bersama pimpinan perusahaan.

2.3       Waktu dan Tempat

Kegiatan praktik kerja dilaksanakan selama 4 minggu (30 hari) yaitu pada tanggal 10 Januari 2017 – 10 Februari 2017. Tempat praktik kerja di PT. Fajar Taurus Indonesia yang berlokasi di Jalan Tenjo Ayu, Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

  III.   KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1              Kegiatan Rutin

3.1.1        Pemerahan

Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Menurut Putra (2009) tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan. Pemerahan merupakan tahap dimana produk utama berupa susu dihasilkan dan dilakukan oleh divisi milking.  Pemerahan menggunakan alat pemerah otomatis yaitu milking parlour (Gambar 1. Milking Parlour). Pemerahan dilakukan pada milking parlour, lahan pelepasan, lahan tunggu pemerahan, dan cooling room (ukurannya pada Tabel 2. Area Pemerahan).
      Tabel 2. Area Pemerahan
Panjang (m)
Lebar(m)
Luas (m2)
Lahan pemerahan
Central milking
9
1,82
16,38
Milking parlour
10
1,48
14,8
Cooling room
Tangka A
6
3,9
23,4
Tangka B
3,6
2,4
8,64
Lahan tunggu pemerahan
Lahan tunggu I
8,89
4,7
41,783
Central alley
3,24
2,78
9,0072
Lahan tunggu II
18,87
17,22
324,9414
Lahan pelepasan
3,14
13
265,33
Gambar 1. Milking Parlour

3.1.1.1 Pra Pemerahan

Sebelum melakukan proses pemerahan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu perlengkapan pemerahan seperti  ember (untuk desinfektan dan untuk menyimpan kain lap kotor),  dan kain lap putih, penutup cluster, obat-obatan (neoantisep), botol dipping ( predipping dan postdipping), tempat back flush. (Gambar 2. Perlengkapan Pemerahan). Kemudian dilakukan pembilasan alat perah menggunakan air hangat yang bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa susu yang tertinggal pada saluran mesin perah. Persiapan dan pembilasan alat pemerahan dilakukan pada pukul 07:30 WIB – 08:00 WIB. Desinfektan dapat membunuh kuman-kuman yang menempel pada peralatan. Proses pencucian dengan air kemudian dibilas dengan air panas (Siregar,1989). Proses pencucian alat saat pemerahan sangatlah penting karena dengan menggunakan alat yang kotor sangat mempengaruhi hasil dari pemerahan. Sisa – sisa kotoran yang menempel pada peralatan pemerahan harus benar – benar dibersihkan dan peralatan seperti kain lap harus secara rutin dicuci dengan menggunakan sabun.
Gambar 2. Perlengkapan Pemerahan
Bersamaan dengan proses persiapan peralatan pemerahan ternak juga diberi pakan terlebih dahulu dengan menggunakan pakan Total Mixed Ratio (TMR) yang didistribusikan dengan menggunakan mobil khusus . Pemberian  pakan TMR secara berurutan sesuai dengan kelompok tingkat produksi susu yang dihasilkan (peak, med dan low) (dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian Pakan). Pakan TMR merupakan pakan campuran antara pakan hijauan dengan konsentrat. Setiap pemberian pakan TMR sapi laktasi berbeda-beda tergantung dengan status fisiologi sapi. Menurut Bamualim, dkk (2008) bahwa konsentrat merupakan pakan tambahan pada pakan sapi perah. Walaupun kualitas pakan konsentrat pada umumya lebih baik dibandingkan dengan pakan hijauan, namun kualitas sangat variatif tergantung pada jenis bahan baku, musim dan tempat asal sumber konsentrat tersebut. Tatalaksana juga dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sapi perah induk yang dipelihara oleh peternak. Perbaikan tatalaksana yang paling memungkinkan adalah tata laksana pemberian pakan berupa frekuensi pemberiannya. Umumnya peternak sapi perah di Indonesia memberikan pakan kepada sapi perahnya hanya dua kali dalam sehari.
Padahal beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan frekuensi pemberian pakan dapat meningkatkan kemampuan berproduksi susu sapi perah Sapi perah yang mempunyai kemampuan berproduksi susu tinggi membutuhkan zat gizi yang relatif banyak dalam pakannya. Pemberian pakan dua kali dalam sehari menyebabkan ketidakmampuan sapi perah untuk mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang relatif banyak. Hal ini sebenarnya dapat ditanggulangi dengan meningkatkan frekuensi pemberian pakan lebih dari dua kali dalam sehari. 
Gambar 3. Pemberian Pakan
Ternak setelah diberi pakan digiring ke Holding Area untuk melakukan proses pemerahan . Ternak yang akan diperah digiring dari pen kemudian di tempatkan pada lahan tunggu pemerahan dan disediakan tempat minum yang berisi elektrovit. Sebelum pemerahan, bak minum harus sudah terisi penuh dan sudah bersih. Pemberian elektrovit pada bak air minum jika terjadi diare masal.(dapat dilihat pada Gambar 4. Penggiringan ke Lahan Tunggu). Menurut Hulsen (2012) bahwa dalam penggiringan ternak harus diperhatikan cow signal yaitu tingkah laku ternak tersebut. Ketika operator berjalan dengan membuat ternak takut maka ternak tersebut akan stress. Sedangkan jika operator berjalan dengan biasa dan tenang maka ternak akan mengikuti apa yang akan diminta oleh operator. Dalam penggiringan operator tidak boleh memukul, menendang, mendorong, menyakiti dan membuat suara yang mengganggu ternak. Di dalam cow signal ketika operator bergerak dari arah berlawanan maka ternak akan berjalan mengikuti arahan operator, semisalnya operator menggiring dari arah kiri maka ternak akan mengarah lurus dan ke kanan. Sehingga jika mengikuti cow signal maka tidak perlu memukul, mendorong atau bahkan menyakiti ternak dalam penggiringan ke tempat pemerahan atau kembali kedalam kandang.
Gambar 4. Penggiringan ke Holding Area

3.1.1.2 Pelaksanaan Pemerahan

Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan  dengan kelembutan,  pemerahan dilakukan sampai tuntas, tengan  menggunakan  prosedur  sanitasi,  serta  efisien  dalam menggunaan  tenaga  kerja  (Prihadi, 1996). Kegiatan pemerahan di PT. Fajar Taurus Indonesia dilakukan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan malam pukul 20.00 WIB dengan interval pemerahan 12 jam (Gambar . Kegiatan Pemerahan). Tujuannya untuk menjaga agar kualitas susu sama antar pemerahan waktu pagi dan malam hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ensminger dan Howard (2006) , bahwa interval pemerahan dapat menentukan susu yang dihasilkan. Intervalnya sama yakni 12 jam, produksi susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan sore akan sama. Namun, jika interval pemerhan tidak sama , produksi susu yang dihasilkan pada sore lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari. Kadar lemak susu yang diperah pada sore hari (3,69%) lebih tinggi dari pada pemerahan pagi hari (3,17%). Hal ini disebabkan interval waktu pemerahan pagi sampai sore hari lebih pendek dari interval waktu pemerahan sore sampai pagi hari. Pada saat sapi mengkonsumsi pakan pada sore sampai pagi hari, diperoleh waktu yang relatif panjang dalam membentuk air susu dibanding waktu pagi sampai sore hari. Semakin tinggi produksi susu maka kadar lemak susu akan semakin rendah dan sebaliknya. Menurut Mardalena (2008) waktu pemerahan menghasilkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar lemak susu dimana kadar lemak susu sore hari lebih tinggi dari pada pagi hari.
Gambar 5.  Kegiatan Pemerahan
Setiap peternak sapi perah dalam melakukan pemerahan harus berupaya
untuk mendapatkan hasil susu yang bersih
dan sehat. Kuantitas dan kualitas hasil pemerahan tergantung pada tatalaksana pemeliharaan dan pemerahan yang
dilakukan
( Handayani dan Purwanti, 2010). Pelaksanaan pemerahan pada sapi laktasi dilakukan secara berurutan yaitu dimulai dari kandang stall barn 1, kandang 3, kandang 2, kandang kayu, kandang sapi yang baru melahirkan, dan kandang sapi mastitis. Pengaturan urutan sapi dalam proses pemerahan bertujuan untuk mempermudah proses pencatatan produksi susu. Sapi yang menderita mastitis ditempatkan pada urutan terakhir dengan tujuan menghindari penularan penyakit. Menurut Putra (2009) tujuan dari pemerahan adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak karena pelaksanaan pemerahan yang kurang baik mudah sekali menimbulkan kerusakan pada mabing dan puting karena infeksi mastitis yang sangat merugikan. 
Pembersihan pada area pemerahan dilakukan sebelum dan sesudah pemerahan ( Gambar 6. Pembersihan Area Pemerahan ). Langkah pelaksanaan pemerahan di PT. Fajar Taurus Indonesia dilaksanakan sebagai berikut :
1.      Pencucian puting dengan air hangat.
Usahakan semua puting dicuci dengan bersih dan merata tanpa ada kotoran sedikitpun.
2.      Puting dilap dengan kain putih bersih.
Kain lap yang digunakan harus selalu bersih dan setelah digunakan untuk mengelap puting, kain langsung direndam kembali.
3.      Predipping yaitu pencelupan puting ke dalam cairan iodin untuk mensterilkan dari mikroorganisme. (Gambar 6. predipping)
Gambar 6.  Predipping
4.      Udder scrabing, yaitu pembersihan puting susu dengan kain lap.
5.      Stripping yaitu proses pemerahan dengan tangan untuk mengidentifkasi ternak yang terkena mastitis.
6.      Pemasangan alat pemerahan ( cluster ) (Gambar . Pemasangan Cluster)
Gambar 7. Pemasangan Cluster
7.      Postdipping , mencelupkan putting ke dalam cairan iodin agar lubang puting yang masih terbuka tidak terkontaminasi.
Gilson (2015) menyatakan bahwa pencelupan puting sebelum pemerahan bertujuan untuk memastikan kebersihan ambing saat akan diperah yaitu dengan membunuh mikroorganisme yang melekat pada ambing. Pemilihan bahan yang digunakan sebagai desinfektan adalah iodine 2%. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiri dan Anri (2014) bahwa desinfektan yang paling efektif adalah iodine dengan konsentrasi 0,5-2%, desinfektan tersebut lebih efektif dibanding Benzalkonium chloroide dan iodine dengan konsentrasi 1%. Iodine mampu membunuh bakteri secara cepat jika dibanding dengan desinfektan jenis lain. Affandi et al. (2009) menyatakan bahwa povidone iodine merupakan bahan yang sering digunakan sebagai antiseptik, karena dapat mengurangi populasi bakteri hingga 85%.
8.      Back flush, yaitu pencelupan cluster pada desinfektan supaya bersih dari kotoran.
Sebelum dilakukan pemerahan ambing perlu dicuci. Pencucian ambing berfungsi agar ambing dalam keadaan bersih dan merangsang keluarnya
air susu, sehingga dalam pencucian ini perlu
diperhatikan agar peternak tidak banyak kehilangan produksi susu. Kentjonowaty et al. (2014) menyatakan bahwa pencucian ambing erat hubungannya dengan perangsangan dan aktifitas hormon oxytocin. Hormon oxytocin merupakan hormon yang khusus untuk merangsang keluarnya air susu dari alveoli. Kerja oxytocin berlangsung 6 - 8 menit sehingga pemerahan perlu dilakukan secara cepat dan optimal agar  produksi susu dapat diperoleh sebanyak banyaknya, pemerahan susu yang tidak optimal menyebabkan penurunan kualitas komponen susu karena terdapat residual milk terutama pada kadar lemak yang disebabkan oleh adanya sel somatik dalam jumlah banyak sehingga kadar lemak turun. Sel somatik dalam susu merupakan sekresi epitel dan leokosit dalam susu. Pencucian ambing menggunakan air bersuhu 37°C berguna untuk menghindari pencemaran bakteri dan juga merangsang keluarnya susu dari kelenjar-kelenjar susu dengan optimal, karena suhu 37°C merupakan suhu normal tubuh sapi dan ternak merasa nyaman karena hormon oxytocin bekerja dengan efektif dan menghambat keluarnya hormon adrenalin yang mengakibatkan terhentinya hormon oxytocin.
Gambar 8. Pembersihan Area Pemerahan

3.1.1.3 Pacsa Pemerahan

Kegiatan akhir pelaksanaan pemerahan di PT. Fajar Taurus adalah melakukan backflush yaitu membersihkan alat perah sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit antar sapi melalui alat perah.  Ternak sapi yang telah diperah selanjutnya digiring kembali ke masing-masing pen melalui jalur keluar yang telah tersedia. Kemudian susu yang dihasilkan dari ternak yang diperah dialirkan ke ruangan pendingin (cooling room). (Gambar . Cooling Room).
Gambar 9. Cooling Room
Produksi susu yang dihasilkan di PT. Fajar Taurus Indonesia setiap harinya bisa mencapai rata-rata 12,07 liter/ekor/hari (dapat dilihat pada Lampiran 1 ). Potensi produktivitas ternak pada dasarnya dipengaruhi faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan (Karnaen dan Arifin, 2009). Faktor genetik yang berpengaruh adalah bangsa ternak, sedangkan faktor lingkungan antara lain pakan, iklim, ketinggian tempat, bobot badan, penyakit, kebuntingan dan jarak beranak, bulan laktasi serta paritas (Epaphras, et al., 2009). Ketinggian tempat lokasi usaha peternakan dapat mempengaruhi penampilan produksi sapi perah.
Uji kualitas yang dilakukan hanya uji alkohol yaitu susu sebanyak 3ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3ml alkohol 70%. Tabung dikocok perlahan - lahan. Uji alkohol positif ditandai dengan adanya  butiran susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan tidak terdapatnya butiran menandakan uji alkohol negatif (Nababan,2015). Menurut Yuliati (2015), uji alkohol positif menunjukkan terjadi penurunan kualitas susu segar, meskipun secara fisik nampak susu masih terlihat baik. Hasil tersebut diduga terkait erat dengan sanitasi kandang, sapi dan wadah susu segar yang kurang baik serta higiene pekerja/pemerah yang tidak higienis pada waktu pemerahan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keberadaan bakteri yang cukup tinggi di sekitar kandang, sehingga mengkontaminasi susu segar tersebut.  Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di PT Fajar Taurus Indonesia. Setelah pengecekan uji alkohol hasilnya negative kemudian susu siap didistribusikan ke PT.Yummy Food Utama dan Ayu Naturalie. Susu hasil pemerahan pagi hari dan malam hari di simpan pada cooling unit berbeda berupa tangki dengan kapasitas 2100 L dan 1800 L. Suhu pada tangki cooling sekitar 0,40C sedangkan suhu susu yaitu sekitar 6 - 70C. Susu kolostrum akan di simpan pada colostrum bank pada suhu 0,20C. Apabila kolostrum akan digunakan atau diberikan pada pedet, kolostrum ini akan di pasteurisasi terlebih dahulu.Uji kualitas susu yang lain dilakukan di PT Yummy Food Utama dengan hasil uji kualitas susu pada tangki bagian depan (D) dan belakang (B) sebagai berikut :
Tabel 3. Uji Kualitas Susu Tanggal 27 Januari 2017
Antibiotik
D + B negatif
Ph
D 6,7 dan B 6,76
Alkohol test
D+B negatif
Kadar lemak (%)
D 40 % dan B 39 %
Kadar air (%)
D 87,62 % dan B 87,23 %
SNF (%)
D 8,38 % dan B 8,87 %
TS
D 12,38 % dan B 12,77 %
Temperatur
D 5,6oC dan B 7,7oC
TPC
8,9 x 105
E coli
5,1 x 103
Sumber : Data PT Yummy Food Utama.

3.1.2    Pembersihan Kandang

Sanitasi adalah suatu kegiatan yang meliputi kebersihan kandnag dan lingkungannya , karena dengan keadaan lingkungan dan kandang yang bersih kesehatan ternak akan terjamin. Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih karena produksi sapi perah berupa susu yang mudah menyerap bau dan mudah rusak. Untuk itu air bersih harus mutlak tersedia (Ernawati, 2000).  Lantai kandang dibersihkan dua kali sehari yaitu pada saat sapi pada pen tersebut sedang di perah. Program pembersihan dan sanitasi kandang dilakukan dengan menyikat lantai kandang merupakan salah satu kegiatan sanitasi yang dilakukan guna menghindari terjadinya lantai yang licin. Lantai yang licin dapat disebabkan karena adanya lumut, sehingga dapat mebahayakan sapi yakni sapi dapat terpeleset dan dapat menyebabkan cidera atau pincang. Penyikatan dan sanitasi kandang dilakukan dengan penambahan kaporit atau kapur. Penggunaan kaporit dianggap kuarang aman bagi ternak jika dibandingkan dengan kapur.
Kebersihan kandang merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan ternak. Sanitasi kandang 1, 2, dan 3 dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 07.00 WIB dan 13.00 WIB. Adapun dilakukannya pengapuran bertujuan mencegah dan membunuh mikroorganisma termasuk jamur. Kapur merupakan desinfektan yang ekonomis jika dibandingkan dengan kaporit. Kapur ditaburkan ke lantai kandang lalu disikat keseluruhan kandang hingga bersih. Lingkungan kandang sapi dara di TDF 2 juga dibersihkan dua kali dalam seminggunya. Pembersihan lingkungan kandang  meliputi pencabutan rumput-rumput liar dan sampah yang berada dilingkungan kandang.
Kegiatan pembersihan kandang dilakukan secara rutin yang meliputi:
a.       Pembersihan tempat pakan dengan mengambil sisa pakan kemudian dimasukan dan ditimbang. Penimbangan sisa pakan bertujuan untuk mengetahui jumlah pakan yang dimakan oleh ternak sehingga dapar dievaluasi konsumsi pakannya.
b.      Pembersihan  tempat minum dengan cara menguras bak air minum hingga bersih. Air yang kotor dibuang dan dialirkan pada selokan yang ada di sekitar pinggir kandang. Pengurasan air minum bertujuan untuk menjaga kesehatan ternak supaya ternak tidak meminum air yang sudah kotor dan tercemar.
c.       Pembersihan kandang  dengan menyemprotkan air  bertekanan tinggi menggunakan selang dan alat pendorong pada feses dalam kandang. (dapat dilihat pada Gambar 10. Pembersihan Kandang Laktasi).
Gambar 10. Pembersihan Kandang Sapi Laktasi
d.      Merapihkan dan mengganti bedding sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan jika sudah basah. Bedding diganti setiap satu minggu sekali yaitu setiap hari Jumat atau Sabtu. (dapat dilihat pada Gambar 11. Merapihkan Bedding Kandang Laktasi).
Gambar 11. Merapihkan Bedding Kandang Laktasi
e.       Membersihkan kandang sapi dara dan memandikan sapi yang kotor di kandang Taurus Dairy Farm 2  (dapat dilihat pada Gambar 3. Pembersihan Kandang Dara).
Gambar 12. Pembersihan Kandang Sapi Dara

3.1.3    Pakan

3.1.3.1 Pembuatan Pakan

a.         Konsentrat

Pakan konsentrat dibuat di gudang pakan PT. Fajar Taurus Indonesia dengan menggunakan Mixer . Mixer yang digunakan adalah jenis vertical mixer dengan ukuran tinggi 4 m dan lebar 1,32 m. Bahan pakan yang akan digunakan untuk membuat konsentrat ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan ternak yang disesuaikan dengan produksi susu (peak, med dan low) dan fase pertumbuhannya.   Pada sapi perah zat makanan yang baik untuk hidup pokok dan produksi terdiri dari protein energi , mineral vitamin dan air. Sapi perah sebaiknya dikelompokan dan diberi pakan menurut produksi susu dan status produksinya (Nugroho , 2008).
Kapasitas vertical mixer yang digunakan PT. Fajar Taurus Indonesia adalah 1 ton. Proses sekali mixing sampai pengemasan membutuhkan waktu + 50 menit. Pemasukan bahan pakan membutuhkan waktu 20 - 25 menit (dapat dilihat pada Gambar 13. Pencampuran Pakan), proses mixing membutuhkan waktu 10 - 15 menit, dan pengemasan ke dalam karung 10 - 12 menit. Bahan pakan yang telah di mixing kemudian dikeluarkan dari mixer dan langsung dimasukkan ke dalam karung kemudian ditimbang sesuai dengan pemberian kemudian diikat dan diberi tanda sesuai dengan fase pertumbuhan dan tingkat produksi susunya selanjutnya disusun di depan gudang untuk memudahkan distribusi pakan.
Gambar 13. Pencampuran Pakan

b.         Chopping

PT. Fajar Taurus Indonesia menggunakan rumput gajah (Pennisetum pupureum) sebagai sumber pakan hijauan. Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak sebelumnya dicacah terlebih dahulu. Proses pencacahan ini dilakukan pada mesin chopper seperti pada gambar 14. Menurut Wahyono (2004), bahan-bahan sumber serat (hijauan) dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) dengan ukuran 0,5 – 1 cm.
Ukuran potongan hijauan bervariasi mulai dari ukuran 3 - 12 cm. Panjang potongan yang beragam disebabkan karena pisau pemotongannya sudah tidak tajam. Ukuran cacahan ini dapat mempengaruhi feed intake. Pencacahan hijauan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel pakan. Ukuran partikel yang kecil menaikkan konsumsi pakan daripada ukuran partikel yang lebih besar. Ukuran partikel hijauan dapat mempengaruhi jecernaan dari pakan hijauan tersebut. Apabila hijauan dipotong terlalu besar maka akan menurunkan kecernaan hijauan (Arora, 1989).
Gambar 14.Proses Pencacahan

c.         Pencampuran Pakan dan Distribusi Pakan

Pakan yang akan diberikan pada ternak berupa campuran hijauan dan konsentrat dicampur menggunakan mesin TMR (Total Mixed Ration).  Perbandingan hijauan dan konsentrat (as fed) pada mesin TMR adalah 80% : 20% (dapat dilihat di Lampiran 4). Pemberian pakan menggunakan TMR hanya digunakan untuk pakan sapi laktasi dan bunting. Konsentrat dimasukkan ke TMR sesuai dengan kebutuhan, kemudian hijauan hasil pencacahan dimasukkan ke dalam TMR yang juga disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Menurut Pertiwi (2015), sistem pemberian TMR adalah suatu cara penyajian pakan kasar dan konsentrat secara bersamaan. Keseimbangan nutrien dapat lebih terjaga dengan pemberian TMR. Kelangkaan pakan segar dapat diatasi dengan penggunaan TMR kering, selain itu kestabilan pH rumen juga dapat terjaga dengan penggunaan TMR.

3.1.4    Reproduksi

          Sapi perah di PT. Fajar Taurus Indonesia dikawinkan pertama kali pada  umur 16 bulan atau pada bobot 300 kg untuk sapi dara, dan pada 80-90 hari setelah partus.  Setyaningsih (2009) menyatakan bahwa sapi perah pertama kali dikawinkan harus di atas 15 bulan, umur saat pertama kali dikawinkan selain genetik ditentukan pula oleh lingkungan terutama manajemen pemberian pakan.  Umur beranak pertama dipengaruhi oleh dewasa tubuh dan dewasa kelamin, semakin cepat tercapai bobot tertentu, dewasa tubuh semakin cepat. Perkawinan pertama seekor sapi perah dara tergantung pada faktor utama yaitu umur dan berat badan.  Apabila perkawinan sapi perah dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah sapi perah akan mengalami kesulitan pada saat melahirkan dan keadaan tubuh yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu.  Sapi perah dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15-18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak (Nurdin, 2011).
          Tatalaksana kegiatan reproduksi di PT. Fajar Taurus yaitu dimulai dengan melakukan deteksi estrus yang dilakukan oleh petugas reproduksi. Estrus merupakan tahapan reproduksi pada ternak betina yang ditandai oleh kesiapannya untuk melakukan aktivitas reproduksi. Umumnya ternak estrus memperlihatkan tanda-tanda spesifik yang terlihat dari luar. Namun demikian, pada ternak sapi yang tanda-tanda estrusnya tidak jelas akan mempersulit pelaksanaan inseminasi buatan (IB). Memaksimalan angka deteksi berahi (estrus detection rate) akan dapat memperbaiki angka kebuntingan secara keseluruhan.Upaya memaksimalkan angka deteksi berahi dapat dilakukan dengan pemberian preparat hormon melalui teknik sinkronisasi (penyerentakan) berahi. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah pekerja yang bertugas melakukan deteksi berahi, karena observasi dapat dilakukan sekaligus pada saat berahi sekelompok sapi muncul secara hampir bersamaan. Waktu pendeteksian berahi menjadi berkurang (jika inseminasi didasarkan pada estrus yang terobservasi), atau sama sekali meniadakan pendeteksian birahi jika inseminasi dilakukan secara tepat waktu (fixed-time insemination) (Wenkoff, 1986). Deteksi birahi dilakukan dengan pengamatan secara visual (kasat mata) dengan berkeliling di kandang 1 , 2 dan 3. Ternak yang birahi (Gambar 15.Ciri-ciri sapi Birahi) dicatat nomor ternaknya kemudian dimasukkan ke dalam form . Pencatatan deteksi birahi di sesuaikan dengan skor deteksi birahi (dapat dilihat pada Tabel  12), jika sudah melebihi kriteria nilai maka ternak akan di Inseminasi Buatan (IB).
        Tabel 4. Skor Deteksi Birahi
No
Deteksi Birahi
Skor
1
Keluar lendir
3
2
Gelisah dan sering beradu
5
3
Mencium/menjilat vulva temannya
10
4
Menaiki sapi lain
10
5
Kepala diletakkan di punggung sapi lain
15
7
Sering menaiki sapi lain
35
8
Menaiki kepala sapi lain
45
9
Diam ketika dinaiki
100
Sumber : PT Fajar Taurus Indonesia
Gambar 15.Ciri-ciri sapi Birahi
            IB adalah usaha manusia memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus. IB dikatakan berhasil bila sapi induk yang dilakukan IB menjadi bunting. Masa bunting/periode kebuntingan sapi (gestation period) yaitu jangka waktu sejak terjadi pembuahan sperma terhadap sel telur sampai anak dilahirkan. Perkawinan dengan cara IB merupakan salah satu alat ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik secara kualitatip maupun kuantitatip (Toelihere, 1981).
            Inseminasi buatan di PT. Fajar Taurus Indonesia  dilakukan oleh seorang ahli inseminator di bagian reproduksi (Gambar 16. Pelaksanaan Inseminasi Buatan). Tingkat keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yaitu pemilihan sapi akseptor, pengujian kualitas semen, akurasi deteksi birahi oleh para peternak dan ketrampilan inseminator. Dalam hal ini inseminator dan peternak merupakan ujung tombak pelaksanaan IB sekaligus sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap berhasil atau tidaknya program IB di lapangan (Hastuti , 2008).
            Service Per Conception (S/C) di PT Fajar Taurus Indonesia yaitu 8 – 9.
Service Per Conseption (S/C) adalah jumlah perkawinan atau inseminasi buatan hingga diperoleh kebuntingan. Semakin rendah S/C maka semakin tinggi kesuburan ternak betina tersebut, sebaliknya semakin tinggi S/C kesuburan ternak semakin rendah (Astuti, 2004). Menurut Affandy (2003) nilai S/C yang normal adalah 1,6 – 2,0. Nilai S/C yang tinggi di PT Fajar Taurus Indonesia dapat dikatakan bahwa tingkat fertilitasnya sangat rendah.  Faktor yang dapat mempengaruhi nilai S/C adalah kualitas semen, kondisi resipien yang tidak baik karena faktor genetik atau fisiologis dan kurang pakan, deteksi birahi yang kurang tepat, keterampilan inseminator (Ihsan , 2010).
Gambar 16. Pelaksanaan Inseminasi Buatan

3.15     Biosecurity dan Kesehatan Hewan

Biosekuriti memiliki arti sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak antara hewan dan mikroorganisme. Menurut Deptan RI (2006), biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/ kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan.  Tindakan  biosekuriti meliputi sekumpulan penerapan manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit, misalnya virus flu burung pada hewan atau manusia. Tujuan utama penerapan biosekuriti pada peternakan unggas yaitu, 1) meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, 2) meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang dan 3) membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin (Zainuddin ,2007). Tindakan pencegahan dalam penyakit dilakukan dengan cara menyediakan kolam desinfektan ( Gambar 17. Kolam Desinfektan) yang berada di depan gerbang sebelum masuk ke kandang dan pengapuran atau kaporit di setiap kandang satu minggu sekali.
Gambar 17. Kolam Desinfektan
Program vaksinasi dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit pada ternak (dapat dilihat pada Tabel  5. Program Vaksinasi ). Vaksinasi hendaknya dianggap sebagai pelindungan tambahan dibandingkan dengan pentingnya menjaga kebersihan. Keberhasilan vaksinasi jarang mencapai 100%.Tujuan vaksinasi adalah untuk memberikan kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit. Pemberian kekebalan tubuh dengan vaksin adalah bentuk perlindungan yang sebaik-baiknya untuk ternak. Program vaksinasi dilakukan untuk mengurangi kerugian ekonomi pada suatu peternakan yang teinfeksi. Menurut Sudarisman (2009)  vaksin  dapat memberikan proteksi yang cukup untuk ternak sapi perah yang divaksinasi dibanding dengan yang tidak divaksinasi. Vaksinasi akan menurunkan kejadian klinis penyakit respirasi dan masa sakitnya apabila dilawan dengan virus lapang yang mengakibatkan gangguan respirasi pada ternak kontrol. Vaksin hidup dapat menimbulkan infeksi menetap dalam tubuh hewan dan dapat menyulitkan pengendalian infeksi oleh virus dilapangan.
           Tabel 5. Program Vaksinasi
No
Umur (bulan)
Jenis
Aplikasi
Keterangan
Dosis (ml)
1
3 – 4 (PLS)
Virashield dan clostrivac
Subcutan leher
Booster 4-5 minggu
5 dan 3
2
10 – 12 (DPK 3)
RB51
Subcutan leher
-
2
3
12 – 18 (DB)
Virashield dan clostrivac
Subcutan leher
Booster 4-5 minggu
5 dan 3
4
Sapi dry (BK)
Virashield dan clostrivac
Subcutan leher
Booster 4-5 minggu
5 dan 3
5
15 hari post partus
RB51
Subcutan leher
Booster 2 minggu
2
Sumber: Data PT Fajar Taurus Indonesia

3.2       Kegiatan Insidental

3.2.1    Pemotongan Tanduk

Tatalaksana pemotongan tanduk di PT. Fajar Taurus Indonesia hanya dilakukan pada pedet lepas sapih (PLS). Pemotongan tanduk  dilakukan dengan menggunakan alat pemotong seperti pisau. Tanduk yang akan dipotong sebelumnya telah dibersihkan dari rambut-rambut agar memudahkan pemotongan. Kemudian tanduk dipotong dan di tempelkan besi yang panas seperti shoulder  agar tanduk tidak akan tumbuh dikemudian hari. Pemotongan tanduk seperti ini disebut dehorning. Menurut Yulianto (2010), pemotongan tanduk dilakukan agar sesama sapi tidak saling melukai dan menanduk. Pemotongan juga akan memberikan rasa aman pada sesama sapi didalam kandang dan juga dapat memberikan keamanan bagi pekerja kandang dan juga pemerah. Pemotongan tanduk pada pedet dilakukan pada kandang jepit khusus yang terdapat pada kandang pedet untuk memudahkan penanganan. Pemotongan tanduk pada pedet dilakukan juga pemberian obat cacing dan pemberian vitamin.

3.2.2    Pemotongan Kuku

Upaya untuk menjaga agar kedudukan kuku tetap serasi, maka setiap 3-4 bulan sekali dianjurkan untuk melakukan pemotongan kuku secara teratur, terutama kuku kaki bagian belakang. Hal ini karena kuku kaki depan lebih keras dibandingkan bagian kuku kaki belakang yang selalu basah terkena air kencing dan kotoran. Tetapi dari segi kecepatan pertumbuhan, kuku kaki belakang maupun kaki depan memiliki kecepatan tumbuh yang sama, sehingga baik kuku belakang maupun kuku kaki depan perlu dilakukan pemotongan secara teratur. Tujuan pemotongan kuku adalah untuk menanggulangi masalah penyakit kuku misalnya Peradangan pada kuku (Laminitis) dan menjaga keseimbangan gerak ternak pada saat berdiri, istirahat, efisiensi penggunaan ransum, dan produktivitas ternak (Yuriyadi, 2014).

Pemotongan kuku di PT. Fajar Taurus Indonesia yang dilakukan oleh petugas kesehatan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Pemotongan  kuku  kepada sapi yang sudah tidak produksi atau pada > 150 hari laktasi. Tujuan pemotongan kuku di atas hari ke-150 laktasi yaitu untuk mencegah sapi stres sehingga dikhawatirkan akan menurunkan produksinya. Pemotongan kuku dilakukan di kandang jepit supaya sapi mudah untuk ditangani. Pemotongan  kuku dilakukan oleh petugas kesehatan (dapat dilihat pada Gambar 18). Kegiatan pemotongan kuku juga bertujuan supaya sapi terhindar dari penyakit mulut dan kuku (PMK).
Gambar 18. Pemotongan Kuku

3.2.3    Penimbangan Bobot Badan

Kegiatan penimbangan di PT Fajar taurus Indonesia hanya dilakukan pada sapi dara. Penimbangan pada sapi dilakukan untuk mengelompokan ternak sesuai dengan bobot badan dan mempersiapkan ternak untuk dikawinkan jika sudah mencapai ADG yang telah ditentukan. Ternak sapi dara ditimbang satu persatu menggunakan kandang penjempit yang ada timbangannya. 
Sapi  dara di PT. Fajar Taurus diklasifikasikan  berdasarkan bobot badan dan umur, dengan kriteria sudah ditentukan yaitu Dara Pra Kawin (DPK), Dara Siap Kawin (DSK), dan Dara Bunting (DB). Kelompok Dara Pra Kawin (DPK) dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu Dara Pra Kawin I (DPK 1), Dara Pra Kawin 2 (DPK 2), dan Dara Pra Kawin 3 (DPK 3). Menurut Morga (2013) umur dan bobot badan secara bersamaan dan tersendiri berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Hubungan antara umur dan produksi susu sangat rendah (0,1%). Sedangkan koefisien korelasi antara bobot badan kawin pertama dengan produksi susu harian pada laktasi pertama adalah 0,096. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bobot badan dengan produksi susu lebih tinggi dibandingkan dengan umur yaitu (9,6%).Ternak yang memiliki bobot badan besar pada umur tertentu akan dapat mengkonsumsi pakan yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan produksi susu yang tinggi. Demikian pula dengan umur, ternak yang memiliki umur sampai batas tertentu (6-8 tahun) produksi susu yang dihasilkan tinggi dan setelah melewati umur tersebut produksi susu menurun. Disamping itu ternak yang besar akan mempunyai ambing yang lebih besar, sehingga menghasilkan produksi susu yang lebih banyak. Pengklasifikasian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot standar
Group
Jumlah (ekor)
Umur (bulan)
Bobot (kg)
DPK 1
   24
6 – 8
110 – 170
DPK 2
   30
8 – 10
170 – 230
DPK 3
   7
10 – 12
230 – 290
DSK
   69
12 – 14
290 – 360
DB
   40
14 – 23
350 – 461
Sumber : PT Fajar Taurus Indonesia
Target berat badan yang diharapkan adalah 300 kg dan umur 13 – 14 bulan sudah dikawinkan pertama kali. Menurut Utami dkk. (2004), sapi dara akan dikawinkan pertama kali setelah umur 15-18 bulan dengan berat badan 300 kg supaya pada umur 24-30 bulan dapat beranak pertama kali. Umur saat beranak dan ukuran tubuh sangat berpengaruh terhadap produksi susu. Sapi yang telah dewasa akan memproduksi susu 25% lebih banyak dari sapi yang beranak pertama pada umur 24 bulan sebab peningkatan bobot badan dan bertambahnya umur akan berpengaruh baik terhadap perkembangan dan pertumbuhan ambing.

3.2              Kegiatan Penunjang

3.3.1    Pemupukan Kebun Rumput

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam meningkatkan produksi . Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan untuk menambah atau mempertahankan kesuburan kimia tanah, dimana kesuburan tanah dinilai berdasarkan ketersediaan hara di dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Pemberian pupuk ke dalam tanah akan menambah satu atau lebih unsur hara tanah dan ini akan mengubah keseimbangan hara lainnya (Silalahi et al., 2004). Perawatan kebun hijauan PT. Fajar Taurus Indonesia dengan melakukan pemupukan supaya hijauan menjadi subur. Jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk cair, pupuk dasar sedangkan untuk lahan yang tidak dapat dijangkau digunakan pupuk urea. Pupuk cair didapat dari hasil pemanfaatan limbah kotoran sapi yang telah ditampung terlebih dahulu. Pupuk cair tersebut disemprotkan menggunakan selang ke lahan hijauan secara merata (dapat dilihat pada Gambar. 19 Pemupukan Lahan ). Menurut Nurhajati (1986) salah satu pupuk yang dapat dipergunakan adalah pupuk organik cair (biourin). Penggunaan biourin dapat memperbaiki tekstur tanah, biologi tanah dan dapat meningkatkan produksi tanaman
Gambar 19. Pemupukan Lahan

3.3.2    Penanganan Limbah

Limbah ternak yang dihasilkan pada usaha peternakan sapi perah adalah berupa feses dan urine. Satu ekor sapi perah setiap harinya menghasilkan limbah ternak berupa feses sebanyak 30 - 40 kg dan urine 20 - 25 kg. Feses dan urine juga mengandung gas NH3 dan H2S yang mempunyai bau sangat menyengat, sehingga akan dapat mengganggu lingkungan sekitarnya . Bau  yang ditimbulkan oleh NH3 dan H2S dapat mencapai radius + 50 m dari kandang sapi perah (Sarwanto dan Tuswati, 2011). Lebih lanjut menurut Pain (1994) bahwa limbah ternak mempunyai bau tidak sedap karena merupakan sisa proses metabolisme dan pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme dalam suasana anaerob yang menghasilkan senyawa antara lain indol, asam lemak dan amonia. Sumber bau limbah ternak berasal dari kandang ternak, tempat penumpukan dan pembuangan limbah. Laju emisi bau dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis ternak, kondisi lingkungan dan pengelolaan limbah.
Penanganan limbah feses di PT. Fajar Taurus Indonesia yaitu dengan memanfaatkan feses cair yang telah ditambah air saat pembersihan kandang digunakan sebagai pupuk cair lahan hijauan. Kemudian juga ditampung dalam suatu tempat ( Gambar 20. Penanganan Limbah) untuk dijadikan pupuk organik.  Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Dewanto, 2013).
Gambar 20.Penanganan Limbah

3.4      Evaluasi Kecukupan Pakan

Pakan merupakan factor terpenting dalam usaha peternakan sapi perah. Apabila sapi mendapatkan pakan yang berkualitas baik maka sapi tersebut akan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Untuk mengetahui efisiensi pemberian pakan pada ternak maka dilakukan evaluasi kecukupan nutrient. Besarnya prosentase penggunaan pakan yang tidak efisien menunjukkan bahwa pakan ternak (ransum) menempati posisi penting dalam usaha peternakan. Dalam sudut pandang ekonomi, biaya untuk pembelian pakan ternak merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan, sehingga biaya tersebut harus ditekan serendah mungkin untuk memaksimalkan pendapatan (Nugraha, 2011). (Hasil evaluasi kecukupan pakan dapat dilihat pada Lampiran 3.)
Ransum merupakan satu atau beberapa jenis bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan seekor ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, seperti pokok hidup, produksi, maupun reproduksi . Hasil evaluasi pakan pada sapi laktasi di PT. Fajar Taurus Indonesia yaitu :
Tabel 7. Evaluasi Kecukupan Pakan
Evaluasi Kecukupan Pakan Sapi Laktasi Kelompok Peak
Jenis
Pemberian (kg)
BK (kg)
PK (kg)
TDN (kg)
Rumput gajah
32
5.12
0.49
3.13
Brand
2.83
2.41
0.4
2
Jagung
2.7
2.34
0.25
1.9
Bungkil kelapa
2.89
2.6
0.56
2.17
DDGS
2.7
2.4
0.65
1.31
Gaplek
2.7
2.3
0.05
1.8
Pemberian
17.17
2.4
12.31
Kebutuhan
12.55
2.03
9.56
Selisih
4.62
0.37
2.75
Kualitas pakan yang diberikan dihitung berdasarkan BK, PK serta TDN dan dapat diketahui bahwa BK yang diberikan lebih 4.62 Kg, kelebihan PK sebesar 0.37 kg dalam BK, dan kelebihan TDN sebesar 2.75 kg dalam BK. Kekurangan BK dan TDN ini mengakibatkan terjadinya penurunan berat induk yang sedang laktasi rata-rata sebesar 0,36 kg/ekor serta tidak mampu meningkatkan berat pedet (Umiyasih, 2006). Kekurangan konsumsi energi maupun protein pakan pada ternak yang laktasi pada umumnya merupakan penyebab utama rendahnya produksi susu (Sutardi, 1981), oleh karena itu pakan yang diberikan pada ternak selama bunting dan laktasi akan berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan nantinya. Laktasi membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan pada waktu bunting. Kekurangan energi bagi sapi perah yang sedang laktasi dapat menurunkan bobot badan dan produksi susu, bila terjadi defisiensi energi yang berkelanjutan dapat mengganggu proses reproduksinya.

3.5       Analisis Ekonomi

Hasil analisis ekonomi yang dilakukan pada PT. Fajar Taurus Indonesia dilakukan pada kandang 1. Analisis ekonomi meliputi biaya tetap yang diperoleh dari penyusutan sarana produksi, bunga modal, tenaga kerja, listrik, dan pajak. Total biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp 104.100.288. Biaya variabel yang dikeluarkan  yang dikeluarkan sebesar Rp 221.931.000. Oleh karena itu, total biaya yang dikeluarkan PT. Fajar Taurus Indonesia selama 1 bulan sebesar Rp.326.031.288.
PT. Fajar Taurus Indonesia mendapatkan penerimaan yang berasal dari hasil penjualan susu dan feses. Produksi susu yang dihasilkan oleh kandang 1 sebesar 83.280 Liter/ bulan dengan harga Rp. 6.700/liter. Sehingga perusahaan ini mendapatkan penerimaan dari penjualan susu sebesar Rp. 557.976.000. Total keuntungan yang didapat oleh PT. Fajar Taurus Indonesia yaitu sebesar Rp 231.944.712 tiap bulan. Hasil analisis usaha yang dilakukan (dapat dilihat pada Lampiran 7), diperoleh Break Event Point (BEP) dalam satuan rupiah penjualan sebesar Rp 4.000 per liter sedangkan BEP dalam satuan produk sebesar 48.661,5 liter produksi susu. Keberhasilan suatu usaha digambarkan melalui analisis R/C. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai R/C 1.7 sehingga dapat dikatan usaha yang dijalankan sudah efisien karena nilai R/C >1.


 

 IV.    KESIMPULAN DAN SARAN

4.1                   Kesimpulan

1.             Proses tatalaksana kegiatan pemerahan di PT. Fajar Taurus Indonesia sudah sangat baik karena setiap tahapan sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
2.             Pemberian pakan pada ternak laktasi sudah sangat baik namun masih kurang efisien karena masih berlebih dalam pemberiaannya.
3.             Manajemen kesehatan yang dilakukan sudah baik karena penangan kesehatan dilakukan dengan rutin.
4.             Manajemen reproduksi masih kurang baik karena nilai S/C mencapai angka 8 – 9.
5.             Kegiatan usaha yang dijalankan PT. Fajar Taurus Indonesia termasuk usaha yang efisien karena nilai R/C lebih dari 1.

5.2                   Saran

1.             Diperlukan formulasi ransum yang pas supaya tidak berlebihan ataupun kekurangan.

2.             Melakukan uji lab yang lebih lengkap , tidak hanya uji alkohol.

3.             Limbah cair perlu diolah menjadi biogas tidak hanya digunakan sebagai pupuk.

4.             Melakukan pengolahan pada produk susu yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Affandy, L. P.,dkk., 2003.  Performans Resproduksi dan Pengelolaan Sapi Potong Induk pada Kondisi Peternakan Rakyat. Pros. Seminar Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteiner. Bogor, 29 – 30 September 2003. Puslitbang Peternakan.
Affandy A., F. Andrini, dan S. Lesmana. 2009. Penentuan Hambat Minimal Dan Konsentrasi Bunuh Minimal Larutan Povidon Iodium 10% Terhadap Staphylococcus Aureus Resisten Metisilin (MRSA) Dan Staphylococcus Aureus Sensitif Metisilin. Jurnal Ilmu Kedokteran 3: 14-19
Arora, S. P, 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Astuti, M. 2004. “ Potensi Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi Pernaka Ongole (PO)”. Jurnal Wartazoa , 14(3); 96 – 106.
Bamualim, A.M., Kusmartono dan Kuswandi. 2008. Aspek Nutrisi Sapi Perah. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah Di Indonesia.  Fakultas Peternakan Unpad Bandung.
Calderon,A., D.V. Armstrong, D.E. Ray,S.K. Denise, R.M. Enns and C.M. Howison. 2005. Productive and reproductive response of Holstein and Brown Swiss heat stressed dairy cows to two different cooling systems. J. Anim Vet 4:572-578
[Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Restrukturisasi Sistem Perunggasan Di Indonesia. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Dewanto , J.J.M.R. Londok , R.A.V. Tuturoong  dan W. B. Kaunang. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan”. Jurnal Zootek ,32, ( 5) : 158–171.
Ensminger, M. E. Dan Howard , D. T . 2006. Dairy Catlle Science. The Interstate Printers And Publisher, Inc.  Danville.
Epaphras A., Karimuribo, E. D. and Msellem, S. N. 2009. Effect of season and parity on lactation of Crossbred Ayrshire cows reared under coastal tropical climate in Tanzania
Ernawati.2000. Laporan Hasil Kegiatan Gelar Teknologi Manajemen Usaha Pemeliharaan Sapi Perah Rakyat. Deptan. Badan Litbang Pertanian, Bbtp Ungaran.
Gilson, W. D. 2015. Question Dan Answer About Pre-Dipping. Http://Www.Ads.Uga.Edu/Documents/Qu Estionsandanswersaboutpredippping.Pdf. Diakses 11 Januari 2016
Handayani dan  Purwanti. 2010. “Kesehatan Ambing Dan Higiene Pemerahan
Di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir
Kecamatan Caringin
”. Jurnal Penyuluhan Pertanian ,5 (1)
Hastuti, D.,2008. ”Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Potong di Tinjau Dari Angka Konsepsi dan Service Per Conception”. Jurnal Ilmu ± Ilmu Pertanian , 2 (8): 23-24
Ihsan , M.N. 2010. “ Indeks fertilitas Sapi PO dan Persilangannya dengan Limousin”. Jurnal Ternak Tropika, 11(2): 82 – 87.
Karnaen dan J. Arifin. 2009. Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, Dengan Gabungannya. Animal Production 11:135142v
Kentjonowaty, I., P. Trisunuwati, T. Susilawaty, dan P. Surjowardojo.
2014. Evaluasi Profil Hormon
Oxytocin, Kualitas dan Kuantitas Produksi Susu Sapi Perah pada Lama Mammae Hand Massage dari Berbagai Metode Pemerahan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang.
Mardalena. 2008. “Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein”. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu, Vol. XI. No.3.
Nababan, M,dkk. 2015. Kualitas Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman dan Angka Katalse. Indonesia Medicus Veterinus.Vol 4 (4) :374-382
Nugraha, Romada Andi. 2011. Optimalisasi Formulasi Pakan Ternak Terhadap Ayam Pedaging Dengan Menggunakan Metode Linear Programming. Fakultas Teknologi Indusri Universitas Gunadarma: Jakarta
Nugroho, C. 2008. Pakan dan Nutrisi Hewan. UNUD Bali.
Nurdin, E. 2011.  Manajmen Sapi Perah.  Graha Ilmu.  Yogyakarta.
Pain,B.F.,1999. Gangguan Bau yang Berasal dari Sistem Produksi Ternak. Ed. A.P Dewi et al. (terjemahan : IKIP Semarang Press).
Pertiwi, D., D.W.H.E. Prasetiyono, dan A. Muktiani. 2015. Pengaruh Pemberian Total Mixed Ration Berbasis Jerami Jagung Teramoniasi Terhadap Pemanfaatan Nitrogen Pada Sapi Perah Laktasi. Agromedia. Vol. 33. No. 1: 97-103.
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah).  Tesis.  Magister Ilmu Lingkungan UNDIP Semarang
Sarwanto  dan Sari. 2011. “Pengaruh Pengelolaan Limbah Sapi Perah Terhadap Tingkat Kebauan”. Media Peternakan, 4, (2),: 1 – 6
Silalahi, F., Y. Saragih., A. Marpaung, R. Hutabarat, Karsina & S. R. Purba. 2004.
Pemupukan NPK Pada tanaman Buah.
Laporan Akhir. Balai Penelitian Buah. Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB), Brastagi. Medan
Siregar, S .B . 1991 . Efisiensi Ekonomis Usaha Pemeliharaan Sapi Perah di Daerah Bogor, Lembang dan Garut, Jawa Barat . Balai Penelitian
Ternak, Ciawi-Bogor .
Siregar, S.B. 1989. Sapi Perah : Jenis dan Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.B. 1996. Sapi Perah : Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Asnalisa Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarisman. 2009. Vaksinasi Terhadap Infectious Bovine Rhinotracheitis pada Peternakan Sapi Perah di Indonesia.  Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah Dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Umiyasih, U., Dan Y.N. Anggraeny. 2006. Respons Perbaikan Pakan Terhadap Roduktivitas Sapi Potong Induk Periode Post Partum Di Kabupaten Probolinggo. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Grati.
Utami, .S, Siswandi dan Abungamar. Y. 2004. Lecture Note Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan Unversitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Wahyono, .E., dan R. Hardianto. 2005. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Pasuruan.
Wenkoff, M. 1986. Estrus Synchronization In Cattle. In M Orrow, D.A. Current Therapy In Theriogenelogy, W.B. Saunders Co., Philadelphia, London, Toronto.
Yulianto, P., dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yuliati, F.N., R. Malaka, K.I. Prahesti, dan E. Murpiningrum. 2015. Kualitas Fisik Susu Segar Kaitannya Antara Sanitasi, Higiene Dan Adanya Kontaminasi Listeria Monocytogenes Pada Peternakan Rakyat Di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. JITP. Vol.4. No.1: 23-27.
Zainuddin D, Wibawan WT. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Departemen Pertanian.

Perhitungan Kebutuhan Pakan Kelompok Sapi Peak Bobot Badan 450 Kg Dan Dengan Produksi Susu 18.77 Liter
1.    Kebutuhan BK untuk hidup pokok dan produksi air susu:
  1. Terlebih dahulu dihitung produksi air susu dalam 4% FCM (Fat Corrected Milk)
=0,4 produksi susu + 15 produksi lemak=(0,4x18.77)+15(0,035 x 18.77)=17.3 kg.
  1. Dengan melihat Tabel 21 dapat dihitung kebutuhan BK
      = 2,65 + (17.3-15)/(15-20) x (2,95 – 2,65) =  2.79 % dari BB
c.   Jadi BK yang  dibutuhkan sapi tersebut = 2.79 % x 450 kg = 12.55 kg.
2.    Kebutuhan TDN
a.       Untuk hidup pokok bobot badan 450 kg (lihat Tabel 21) = 3.44 kg TDN
b.      Untuk produksi susu 18.77 kg dengan kadar lemak 4 %
       = 18.77 x 0,326 kg TDN = 6.12 kg TDN
c.    Jumlah kebutuhan TDN = 3.44 kg + 6.12 kg = 9.56 kg
3.    Kebutuhan PK
  1. Untuk hidup pokok bobot badan 450 kg (lihat Tabel 21) = 0,403 kg PK
  2. Untuk produksi susu 18.77 kg dengan kadar lemak 4 % (lihat Tabel 21)
      = 18.77 x 0,087 kg PK= 1,63 kg PK
c.       Jumlah kebutuhan PK = 0,403 kg + 1,63 kg = 2.03 kg PK
Bobot badan (kg)
400
450
500
550
600
Produksi susu 4% FCM (L)
................................................ % bobot badan..............................................
10
2,50
2,40
2,30
2,25
2,20
15
2,80
2,65
2,50
2,45
2,40
20
3,10
2,95
2,80
2,75
2,70
25
3,40
3,25
3,10
3,05
3,00
30
3,70
3,55
3,40
3,30
3,20
35
4,00
3,80
3,60
3,50
3,40
 Catatan : 4% FCM                 = 0,4 produksi susu (L) + 15 produksi lemak
                Produksi lemak       = % lemak x produksi susu (L)

 
Tabel9Kebutuhan zat makanan sapi perah betina dewasa per hari



Bobot badan (kg)
TDN (kg)
PK (g)
Kalsium (g)
Fosfor (g)
Vitamin A (1.000 IU)
1. Hidup pokok
350
2,85
341
14
11
27
400
3,15
373
15
13
30
450
3,44
403
17
14
34
500
3,72
432
18
15
38
550
4,00
461
20
16
42
600
4,27
489
21
17
46
2. Hidup pokok dengan bunting pada dua bulan terakhir sebelum beranak
350
3,17
642
23
16
27
400
4,10
702
26
18
30
450
4,47
763
29
20
34
500
4,84
821
31
22
38
550
5,20
877
34
24
42
600
5,55
931
37
26
46
3. Produksi susu untuk tiap kilogram (% lemak)
2,5
0,260
72
2,40
1,65
3,0
0,282
77
2,50
1,70
3,5
0,304
82
2,60
1,75
4,0
0,326
87
2,70
1,80
4,5
0,344
92
2,80
1,85
5,0
0,365
98
2,90
1,90
 Untuk sapi betina laktasi pertama ditambah 20 %, bagi sapi sedangkan  laktasi kedua ditambah 10% dari semua kebutuhan zat makanan, kecuali vitamin A

4.    Perhitungan Pemberian Pakan
a.       Rumput Gajah
BK     = 16% x 32 Kg       = 5.12 Kg
PK     = 9.5% x 5.12 Kg   = 0.49 Kg
TDN = 61.2% x 5.12 Kg = 3.13 Kg
b.      Gaplek
BK = 85.2% x 2.7 Kg = 2.3 Kg
PK = 2.3% x 2.3 Kg = 0.05 Kg
TDN = 78% x 2.3 Kg = 1.8 Kg
c.       Bran
BK = 85.4% x 2.83 Kg = 2.41 Kg
PK = 16.7% x 2.41 Kg = 0.4 Kg
TDN = 83.4% x 2.41 Kg = 2 Kg
d.      Bungkil Kelapa
BK = 90% x 2.89 Kg = 2.6 Kg
PK = 21.5% x 2.6 Kg = 0.56 Kg
TDN = 83.4% x 2.6 Kg = 2.17 Kg
e.       Jagung
BK = 86.8% x 2.7 Kg = 2.34 Kg
PK = 10.8% x 2.34 Kg = 0.25 Kg
TDN = 80.8% x 2.34 Kg = 1.9 Kg
f.       DDGS
BK = 89% x 2.7 Kg = 2.4 Kg
PK = 27.2% x 2.4 Kg = 0.65 Kg
      TDN = 54.8% x 2.4 Kg = 1.31 Kg


Lampiran 3. Analisis Ekonomi PT. Fajar Taurus Indonesia
1.      Biaya Tetap
a.       Penyusutan sarana produksi per bulan
No
jenis investasi
Jumlah
daya tahan (bulan)
nilai satuan (Rp)
nilai baru (Rp)
nilai sisa (Rp)
penyusutan Rp/bulan
1
Kandang
1
240
550.000.000
550.000.000
110.000.000
1.833.333,3
2
Sapi
174
120
15.000.000
2.610.000.000
522.000.000
17.400.000
3
Serokan
1
36
50.000
50.000
10.000
1.111,1
4
Sekop
2
60
15.000
30.000
15.000
1000
5
Selang
2
36
250.000
500.000
100.000
11.111,11
6
mesin TMR
1
180
130.000.000
130.000.000
26.000.000
577.777,78
7
milking parlour
1
180
250.000.000
250.000.000
50.000.000
1.111.111,1
8
Truk
2
120
80.000.000
160.000.000
32.000.000
1.066.666
9
Mobil tangki
1
120
120.000.000
120.000.000
24.000.000
800.000
10
Mesin penggiling
1
60
3.000.000
3.000.000
600.000
40.000
11
Mixer
1
120
15.000.000
15.000.000
3.000.000
1.000.000
12
Mesin pencacah
2
60
5.000.000
10.000.000
2.000.000
133.333
13
Milk can
1
120
20.000.000
20.000.000
4.000.000
133.333,33
Jumlah
3.868.625.000
773.725.000
23.208.778

b.      Bunga modal             =
                                   = Rp 278.541.000/tahun
                                   = Rp 23.211.750/bulan
c.       Tenaga kerja
Jabatan
Jumlah
Gaji (Rp)
Total (Rp)
Direktur
1
15.000.000,-
15.000.000
Manajer Pakan
1
4.000.000
4.000.000
His Administrasi
1
2.500.000
2.500.000
Procurement Dan OVK
1
3.000.000
3.000.000
Maintenance
2
2.500.000
5.000.000
Quality Manajer
1
4.000.000
4.000.000
Bagian Pemasaran
1
3.000.000
3.000.000
Manajer Pakan Hijauan
1
3.000.000
3.000.000
Production
1
3.000.000
3.000.000
Dokter Hewan
3
3.000.000
9.000.000
Anak Kandang
25
1.600.000
40.000.000
Inseminator
2
2.500.000
5.000.000
Total
40
96.500.000
d.      Listrik            =          Rp. 500.000
e.       Pajak
1% dari penerimaan    = 1% x Rp 557.976.000         
= Rp 5.579.760
Total biaya tetap
=
Penyusutan sarana produksi per bulan + Bunga modal per bulan + Tenaga kerja + Listrik + Pajak
=
Rp 23.208.778 + Rp 23.211.7500  + Rp 96.500.000 + Rp 500.000 + Rp 5.579.760
=
Rp 149.000.288,-
2.      Biaya Variabel per bulan
a.       Pakan konsentrat
Bahan pakan
Jumlah (kg/hari)
Harga per kg (Rp)
Total harga (Rp)
Bran
326
3.000
978.000
Bungkil kelapa
332
3.000
996.000
Jagung
311
3.500
            1.088.500
Garam
16
400
6.400
CaCO3
31
500
15.500
Mineral
34
8.500
   289.000
DDGS
311
6.500
2.021.500   
Vit ADE
6
9.000
54.000
Jumlah
1367

5.448.900
b.      Pakan hijauan
Bahan pakan
Jumlah (kg/hari)
Harga per kg (Rp)
Total harga (Rp)
Rumput gajah
5.568
350
1.948.800
Total pemberian pakan
=
Rp 5.448.900 + Rp 1.948.800
=
Rp 7.397.700/hari
=
Rp 221.931.000/bulan*
Ket: * Diasumsikan biaya pakan selama satu bulan tetap sama
Total Biaya Variabel = Rp 221.931.000
Biaya Total
=
Total biaya tetap + Total Biaya Variabel
=
Rp 149.000.288+ Rp 221.931.000
=
Rp 370.931.288/bulan
3.      Penerimaan per bulan
Penjualan susu di Kandang 1
Produksi susu (liter /hari)*
Produksi susu (liter /bulan)**
Harga susu per liter (Rp)
Total harga (Rp)
2.776
83.280
6.700
557.976.000
Ket:
* Data produksi susu kandang 1 tanggal 10 Januari 2017
** Produksi susu selama satu bulan diasumsikan tetap sama





4.      Pendapatan bersih per bulan
=
Total Penerimaan  -  Biaya Total
=
Rp 557.976.000 - Rp 370.931.288
=
Rp 187.044.712,-
5.      Efisiensi Usaha (R/C)
R/C
=
=
=
1,5
6.      BEP dalam satuan produk
=
=
=
55.362, 8 liter produk susu
7.      BEP dalam satuan rupiah
=
=
=
Rp 4.454,-
8.      Rentabilitas
=
=
=
0,70 %

0 Response to "MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH"

Posting Komentar