loading...
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan
puji syukur kehadirat tuhan yang
maha esa, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Ternak Potong dengan judul “Manajemen
Pemeliharaan Ternak Sapi Potong dari Pedet, Remaja/Dara dan Dewasa (Pejantan
dan Betina Bunting sampai Beranak)”.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa isi
yang terkandung dalam makalah ini masih banyak kekurangannya sehingga, penulis
mengharapkan adanya masukan dan inspirasi yang dapat menyempurnakan isi makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca maupun bagi penulis sendiri. Dan semoga makalah ini dapat di
gunakan sebaik mungkin. Apabila ada
kurang dan lebihnya dari kata-kata ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Malang, 30 Oktober
2018
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR ………………………………………………….
DAFTAR
ISI
……………………………………………………
BAB
I :
A.
Latar Belakang …………………………………………………..
B.
Tujuan dan Manfaat ………………………………………………….
BAB
II :
A.
Manajemen Pemeliharaan Pedet
……………………………….
B.
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara …….……………………
C.
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dewasa ………………………….
BAB
III :
A.
Kesimpulan ………………………………………………………..
B.
Saran ………………………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ternak sapi
potong saat ini merupakan target dalam pengembangannya di Indonesia, hal ini di
karenakan permintaan daging yang masih sangat melambung tinggi dari persediaan
yang ada. Masih belum tercukupinya kebutuhan daging di Indonesia menyebabkan
banyak agen yang mencurangi masyarakat peternak sapi dengan mendatangkan daging
impor dari ruang negeri.
Kebijakan
Pemerintah, sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan.
Bantuan Pemerintah dalam mendukung pengembangan sapi potong antara lain adalah
bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, bantuan bagi hasil dan
lain sebagainya. Banyak peternak yang tidak paham dengan
arti usaha peternakan. Pada umumnya di Indonesia lebih banyak peternak
tradisional yang hanya menjadikan peternakan sebagai usaha sampingan di
bandingkan yang serius mengembangkan usaha peternakannya menjadi sumber
pendapatan yang utama.
Pada dasarnya usaha
ternak sapi potong tidak hanya bermodalkan kerja fisik dalam perencanaan
dan pengerjaan, namun diperlukan
manajemen pemeliharaan yang baik agar dapat meminimalisir resiko yang akan
dialami dalam suatu usaha.
Begitu potensialnya
pengembangan sapi potong dalam kebijaksanaan Sub Sektor Peternakan, sehingga
sudah sewajarnya memperoleh perhatian petani – ternak untuk dipilih sebagai
salah satu usaha. Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradisional
kearah usaha peternakan yang lebih maju, dan menguntungkan tidak terlepas dari
:
ü Penggunaan
bibit sapi potong yang baik dan unggul.
ü Perbaikan
makanan, baik kwalitas maupun kwantitasnya.
ü Menerapkan
manajemen pemeliharaan yang baik.
ü Penjagaan
dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan
Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.
Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.
B.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalan manajemen pemeliharaan ternal
sapi potong.
2. Untuk
mengetahui pengaruh pelaksanaan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.
Sedangkan manfaat dari
penulisan makalah ini adalah agar dapat mengetahui hal-hal yang harus di
perhatikan untuk memanajemen usaha ternak sapi poton yang baik dan benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen
Pemeliharaan Pedet (Anak Sapi)
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu
bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Biit sapi potong
yang bermutu akan membantu dalam keberhasilan usaha perkembangan sapi potong.
Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu
dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan
Pedet pada saat lahir
Ø
Bersihkan semua lendir yang ada
dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada dalam tubuhnya
menggunakan handuk yang bersih.
Ø
Buat pernapasan buatan bila pedet
tidak bisa bernapas.
Ø
Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm
dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.
Ø
Berikan jerami kering sebagai alas.
Ø
Beri colostrum secepatnya paling
lambat 30 menit setelah lahir.
2. Pemberian
Pakan Anak Sapi / Pedet
Ø Pedet yang
terdapat di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal.
Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih,
dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal
dapat dicapai. Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta
induk sehat di satukan dalam kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat
agar pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad
libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi.
Ø Selain itu
pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi
pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih. Perlakuan ini
haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan baik
pada pedet atau induk.
Ø Bagi
pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai
sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang
masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh petugas
sesuai dengan umur dan berat badan.
a. Proses
Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada
pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat
pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun
bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar.
Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu
:
ü Rumen (perut
handuk),
ü Retikulum
(perut jala),
ü Omasum
(perut buku) dan
ü Abomasum
(perut sejati).
Pada awalnya
saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum
sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk
rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet
hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak
sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang
padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya
belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip
seperti hewan monogastrik.
Pada saat
pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke abomasum, berkat adanya
saluran yang disebut “Oeshopageal groove”. Saluran ini akan menutupi bila
pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila
ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap
membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan
menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet,
maka gerakan reflek ini semakin menghilang. Selama 4 minggu pertama
sebenarnya pedet hanya mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.
Zat makanan
atau makanan yang dapat dicerna pada saat pedet adalah :
ü protein air
susu casein),
ü lemak susu
atau lemak hewan lainnya,
ü gula-gula
susu (laktosa, glukosa),
ü vitamin dan
ü mineral.
Ia mampu
memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun
kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau
kedelai. Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian,
setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat
lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin yang
dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir
vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam
kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
Dalam
kondisi normal, perkembangan lat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu.
Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan
kering. Semakin besar pedet maka ia akan mencoba mengkonsumsi berbagai
jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami
modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat
terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang baru lahir
mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian makanan
sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan
diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami
stress/cekaman.
Tahap
mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada umur 8 minggu, namu pada umur
8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum dapat
mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secar maksimal.
Umur
mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya ( yaitu berapa
lama dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan
kering). Setelah disapih, pedet akan mampu memanfaatkan protein vegetal dan
setelah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.
b. Jenis-jenis
Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet.
Jenis bahan pakan untuk anak sapi
dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
ü Pakan
cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer.
ü Pakan
padat/kering : konsentrat pemula (calf starter).
Agar pemberian setiap pakan tepat
waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu
diketahui sebelumnya.
1. Kolostrum.
Kolostrum
adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan,
berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.
Komposisi kolostrum :
§ Kolostrum
lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X
untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal.
§ Mengandung
enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya
secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
§ Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.
§ Mengandung
inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
§ Kolostrum
kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari
penyakit infeksi.
§ Kolostrum
dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet
(karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum :
Warna dan
kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan
lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan
rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi
terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan
puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah.
2 Milk Replacer
atau Pengganti Air Susu (PAS).
Pada fase
pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk
Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan
pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4
minggu. Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi
lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk
replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu
yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah
terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia
antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari
2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna
pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
Milk replacer yang baik mempunyai
standar komposisi sebagi berikut :
§ Protein 20%, lemak 12%, serat kurang dari
0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare. Selain
antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang
halus, pertambhan bobot badan dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik
yang sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin.
Frekuensi pemberian sama dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1
hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.
c. Manajemen
Pemeliharaan Pedet Baru Lahir dan Pemberian kolostrum.
Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang
khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam
penanganan mulai kelahiran sampai pemberian pakan dan penanganan penyakit
selama masa pertumbuhannya.
1. Manajemen
Pemberian Kolostrum 1 – 4 hari Pasca Kelahiran.
ü Segera
bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan air
hangat.
ü Usahakan
pedet dapat segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 30 menit ) menyusu pada
induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung
menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi
oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam
uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.
ü Bila pedet
tidak dapat menyusu pada induknya maka di perah kolostrum dari induk sebanyak 1
liter.
ü Berikan
segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.
ü Berikan
kembali kolostrum dalam 2X pemberian berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian
dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya sejak lahir.
ü Kapasitas
normal pedet yang baru lahir adalah 1 liter, dengan demikian kolostrum tidak
dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.
ü Untuk
hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6
liter/hari dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).
ü Kualitas
kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang
memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95 %.
2. Manajemen
Pemberian Susu 4 hari – 12 minggu (penyapihan).
ü Pemberian
susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3 – 4 hari.
ü Pemberiannya
perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot badan pedet. Misalnya pedet bobot
badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.
ü Pemberian
susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 kali pemberian.
ü Jumlah air
susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2 bulan (8
minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase
penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel pemeliharaan
pedet).
ü Hindari
pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over
feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan kering
dan akan mengakibatkan diare.
ü Jangan
memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi (suhu
tubuhnya meningkat).
3.
Manajemen Pemberian Pakan
Awal/Pemula (Calf Starter)
Pemberian
calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).
Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat
mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4
minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini
kurang diharapkan.
Penyapihan
(penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu
mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot
pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf
starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5
kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang
dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2
banding 1, kondisi segar, palatable, craked.
4.
Manajemen Pemberian Pakan Hijauan.
Pemberian
hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna
merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat
dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
Perkenalkan
pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu. Berikan rumput
yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
Jangan
memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa
memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Konsumsi
hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
B.
Manajemen
Pemeliharaan Sapi Dara
Sapi dara dipelihara
agar mencapai berat badan tertentu namun jangan sampai kegemukan. Metode
penggembalaan sapi dara ada tiga,yaitu Diantaranya bersama induk, Tersendiri di
lapangan untuk setiap sepuluh hari, Ditambat dilapangan atau di kandang.
Pemberian Tanda, Penghilangan putting Berlebih, dan Penghilangan Tanduk. Jika
heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran
reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat
mrnimbulkan distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih
mudah mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving.
Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta
dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan
heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.
1. Tujuan Pembesaran Sapi Dara
Heifers atau sapi betina merupakan sapi
betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan)
sampai beranak pertama kali. Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka
perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :
a. Berasal dari turunan yang mempunyai
produksi susu yang tinggi
b. Menunjukan pretumbuhan yang baik dan
normal
c. Bebas dari cacat tubuh dan penyakit
Pembesaran sapi dara untuk dijadikan
calon induk ditujukan terhadap dua kepentingan, yaitu:
1) Pengganti Induk
Pada suatu usaha sapi
sangat sering terjadi adanya pengeluaran (culling) sapi induk dalam setiap
tahunnya yang mencapai prosentase 25%. Oleh karena itu, jumlah sapi dara yang
akan dijadikan seagai induk pengganti (replacement stock) seharusnya
disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah
mortalitas yang mungkin terjadi pada sapi dara tersebut.
2) Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha
dengan cara menambah populasi induk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Ø Membesarkan
sapi dara yang berasal dari turunan sapi sendiri (self replacement).
Ø Membeli
dari luar (new comer replacement).
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi dara (heifers) :
ü Bangsa
sapi.
ü Besar
waktu lahir, mempunyai daya lebih besar untuk tumbuh pada waktu dewasa.
ü Pertumbuhan
pada periode pedet sampai umur 6 bulan.
ü Pengaruh
pakan.
ü Pengaruh
kebuntingan pada waktu pertumbuhan.
3. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk
ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang
tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran,
sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran
yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran
tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat
mencapai produksi yang optimal, yaitu :
Persyaratan secara umum :
ü Ada
sumber air atau sumur.
ü Ada
gudang makanan atau rumput atau hijauan.
ü Jauh
dari daerah hunian masyarakat.
ü Terdapat
lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi.
ü Transportasi
mudah.
ü Daerah
yang tidak rawan bencana serta iklim yang cocok bagi ternak.
ü Kandang
menghadap ke timur, dimungkinkan adanya intensitas sinar matahari.
ü Kebersihan
kandang terjaga.
4.Pemeberian Pakan Sapi Dara
Pada pemeliharaan intensif, hijauan
dan makanan penguat, seperti jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa,
bungkil kacang tanah, tetes, dll. Rumput dan hijauan diberikan 10% dari BB,
sedangkan makanan penguat 2-3 kg per ekor. Pemberian makanan penguat 1-2 kali
sehari dan hijauan 2-3 kali sehari, air minum adlibitum. Saat kemarau panjang +
hijauan awetan : silase, hay atau jerami, dimana volume makanan penguat harus
ditingkatkan.
Pakan sapi terdiri dari
hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu,
lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi
dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali
per hari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif
dan system kombinasi keduanya.
Untuk sapi dara lepas
sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter (calf starter) mulai
digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan komposisi pakan protein kasar
lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70 %.
Adapun pemberian
konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2
kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan
makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan
terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 %
protein kasar. Apabila dalam pemeliharaanya berada pada kondisi tropis, makan
perlu di tambahkan makanan penguat sebanyak 1-1,5 kg/ekor/hari, dan apabila
hijauan jelek makan cukup sekali di beri konsentrat 2-3 kg/ekor/hari.
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau
bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat)
yang berupa garam dapur, kapur, dll. Selain makanan, sapi harus diberi air
minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian
pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan
kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif
dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi
digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut
jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi
guna memperkuat kakinya.
5. Reproduksi dan Managemen Perawatan
Sapi Dara
Perkawinan adalah suatu
usaha untuk memasukan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan pertama
seekor sapi dara tergantung pada 2 faktor utama yaitu umur dan berat badan.
Apabila perkawinan sapi dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu
kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
a.
Kesulitan melahirkan.
b. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya
setelah menjadi induk sehingga dapat berakibat kemandulan dan rendahnya
produksi susu.
Sapi dara sudah siap dikawinkan
setelah mencapai umur 15 - 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut
disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan
mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan
dapat beranak.
6. Sistem Perkawinan Sapi Dara
Sistem perkawinan
merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program
pengembakbiakan sapi.
C.
Manajemen
Pemeliharaan Sapi Dewasa
Metode
Pemeliharaan dan Penggemukan Sapi Potong (Sapi Bali) Penggemukan sapi dengan
sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara
terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan
penggemukan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat
sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana
selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari
hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada ketersediaan
pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).
Siregar
(2006), bahwa penggemukan sapi dengan metode kareman hanya terdapat di
Indonesia, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a.
Bakalan sapi untuk
penggemukan cukup tersedia dan relatif mudah diperoleh.
b.
Ketersediaan hijauan,
termasuk limbah pertanian/industri pertanian cukup potensial dan tersedia
sepanjang tahun.
c.
Ketersediaan hasil ikutan
industri pertanian seperti ampas tahu, ampas brem, ampas nenas, kulit kedelai atau
kacang hijau dan lain sebagainya cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.
1.
Sapi Betina Dewasa
Mengawinkan Sapi.
Mengawinkan sapi
merupakan pengetahuan yang memerlukan ketrampilan khusus, agar bisa diharapkan
perkawinan sapi yang menghasilkan kebuntingan.
Hal-hal yang perlu
dipahami antara lain :
Ø Umur
siap kawin sapi betina, secara umum sapi akan mengalami dewasa kelamin
(ditandai dengan birahi pertama) pada umur 1,5 – 2 tahun untuk sapi daerah
tropis (bos Indicus/Bos Sondaicus) dan umur 8 – 12 bulan untuk sapi keturunan
bos Taurus tergantung pada mutu pakan, iklim dan manajemen. Sedangkan dewasa
tubuh sapi akan dicapai pada umur 2 – 2,5 tahun untuk sapi keturunan Bos
Indicus dan 15 – 20 bulan untuk sapi Bos Taurus. Oleh sebab itu perkawinan
pertama pada sapi harus menunggu dewasa tubuh terlebih dahulu.
Ø Masa
birahi sapi betina, yang dimaksud birahi adalah keinginan sapi betina untuk
kawin, dimana sapi betina secara umum setiap 21 hari (interval 18-24 hari)
seklali akan mengalami birahi. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi adalah nafsu
makan turun, tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar lendir yang
berwarna transparan (bening), ada kalanya vulva tampak bengkak, merah (3 A =
Abang Abuh Anget)
Ø Saat
perkawinan yang tepat, Hal ini penting diketahui oleh peternak karena akan
menentukan sapi tersebut bunting atau tidak. Prinsip pengetahuan ini adalah
menyangkut lamanya periode estrus, lamanya siklus estrus dan perkiraan waktu
ovulasi. Ovulasi akan terjadi 12-14 jam setelah tanda birahi nampak, maka waktu
perkawinan yang optimal dilakukan sekitar 9 jam setelah berlangsung birahi
sampai 6 jam sesudah birahi berakhir.
Kebuntingan.
Sesudah terjadi
pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang biasa terjadi setiap 21
hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda
awal kebuntingan sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi
adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa
sapi sedang bunting. Tanda-tanda kebuntingan sapi antara lain :
Ø Birahi
berikutnya tidak muncul lagi.
Ø Adanya
perubahan tingkah laku seperti : lebih tenang, tidak suka mendekat pejantan,
nafsu makan meningkat, sering menjilat-jilat batu bata, tembok dan lain
sebagainya.
Ø Pembesaran
perut sebelah kanan jika usia kebuntingan sudah memasuki pertengahan.
Lama kebuntingan
sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari, tetapi juga ada yang lebih
cepat atau lebih lama, Faktor yang mempengaruhi :
·
Jenis kelamin pedet, pedet jantan sering
kali lebih lama,
·
Umur sapi, Sapi yang pertama kali
bunting umumnya umur kebuntingannya lebih cepat.
Ø Sapi
yang baru melahirkan, dapat dikawinkan kembali setelah 60 – 90 hari. Walaupun 6
minggu setelah melahirkan sapi sudah menampakkan birahi, akan tetapi tidak
boleh dikawinkan terlebih dahulu untuk menunggu alat reproduksi (kandungan
sapi) kembali normal sehabis melahirkan pedet.
Makanan Sapi
Pemberian
makanan pada sapi potong berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan
membuat energisehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme.
Kebutuhan makanan akan meningkat selama ternak masih dalam pertumbuhan dan pada
saat kebuntingan.
Pemberian
makanan pada sapi potong yang secara ekonomis dan teknis memenuhi syarat,
dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
Ø Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan makanan
minimal, meski ternak dalam keadaan hiduptidak mengalami pertumbuhan dan
kegiatan. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi maka ternak secara alamiah akan
mencukupi dengan zat-zat makanan yang ada pada jaringan tubuhnya.
Ø Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan
yang akan dibuat untuk memproduksi jaringan tubuh, dan menambah berat tubuh.
Jadi zat makanan diperlukan untuk meningkatkan berat tubuh, setelah kebutuhan
pokok terpenuhi.
Ø Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan
yang diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.
2. Sapi
Jantan Dewasa
Sapi potong untuk
jantan dewasa, biasanya akan di seleksi, dan apa bila telah dilakukan seleksi
maka akan di bagi dalam 2 kelompok
yaitu:
a. Sapi
jantan yang diseleksi atau akan digunakan sebagai pejantan.
Biasanya sapi jantan
ini meruakan sapi yang memiliki keunggulan baik dari fisik, genetic dan
kualitas spermatozoanya baik dan layak untuk di jadiakan pejantan unggul, yang
akan menciptakan kualitas bibit yang unggul pula.
b. Sapi
jantan yang akan di gemukan.
Sapi potong jantan ini
akan di pelihara khusus untuk di ambil produksi dagingnya, karena di nilai
kurang memiliki kualitas yang baik untuk di jadikan pejantan. Sapi-sapi ini biasanya akan di keberi
(kaltrasi).
Kastrasi adalah usaha mematikan sel
kelamin gengan jalan operasi dan mengikat atau memutus saluran sperma ataupun
memasukkan bahan kimia dengan cara injeksi agar alat reproduksi tidak
berfungsi. Tujuannya adalah Supaya sapi lebih jinak, mudah dikuasai, mutu
daging dan laju pertumbuhan meningkat. Manfaatnya adalah sapi yang memiliki
sifat jelek tidak akan menurunkan atau mengembangkan sifat jelek sehingga
secara ekonomis lebih menguntungkan.
1.
Metode Kastrasi:
Ø Kastrasi
dengan elastrator (karet gelang) (umur < 1mgg).
Ø Kastrasi
dengan cara operasi (1-4 bulan)
Ø Kastrasi
dengan “tang Burdizzo” (semua umur) (Wello, 2011)
2.
Pemotongan Tanduk (Dehorning)
Dehorning yaitu
mematikan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang atau memotong tanduk yang sudah
terlanjur tumbuh panjang. Tujuannya adalah untuk menghindarkan bahaya
penandukan terhadap peternak ataupun
sesama ternak.
Metode dehorning :
v Menggunakan
bahan kimia
Bahan kimia yang
digunakan adalah caustic soda dalam bentuk pasta atau batangan seperti lilin.
cara ini sering dilakukan pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10 hari). Caranya
sebagai berikut :
·
bersihkan /gunting bulu disekitar tanduk, kemudian olesi vaselin.
·
oleskan / gosokkan caustic soda pada dasar calon tanduk hingga muncul bintik-bintik darah.
v Dehorning
dengan besi panas
Alat ini menggunakan
listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk mematikan/menghilangkan
tanduk, terutama untuk pedet muda (1 bulan). Caranya sebagai berikut :
·
Tempelkan besi panas tersebut pada tunas tanduk selama 10-20 detik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai barikut :
1. Pada
setiap jenjangan umur ternak, manajemen pemeliharaannya dapat berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan ternak.
2. Setiap
jenjangan umur ternak sapi potong harus di lakukan manajemen pemeliharaan yang
baik agar tingkat produksi ternak potong tinggi.
B.
Saran
Adapun saran saya
sebagai penulis makalah ini yaitu mengharapkan adanya masukan dari bapak dosen
dan para pembaca lainnya agar mau member masukan untuk kesempurnaan isi makalah
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. http:// Manajemen Pemeliharaan sapi potong. animal-Intelektual.
Blogspot.Com.Html.
Firman.
2011. Pemeliharaan sapi dara. http://adifirman.wordpress.com
/2011/ 04/27/pemeliharaan-sapi-dara/
(diakses pada 20 November. 2013)
Hartadi,
H. S., S. Reksohadiprodo, dan AD Tillam. 1997. Table Komposisi pakan Untuk
Indonesia. Gadja Madah University Press. Yogyakarta.
Ismail. 2011. Manajemen sapi dara. http://rismanismail2. wordpress.com /201
1/10/16/manajemen-pemberian-pakan-sapi-sapi-dara/ (diakses pada 12 september.
2014)
Mujaidin. 2012. Perawatan sapi dara
.http://laporankuahmadmujahidin6133
.blogspot.com/2012/06/perawatan-sapi-dara-heifer.html (diakses pada 12
september. 2014)
Kartadisastra,
H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Sudarmono
A. S, Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sutardi,
I.1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. departemen Ilmu Makanan ternak.
Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor.
0 Response to "Pemeliharaan Ternak Sapi Potong dari Pedet, Remaja/Dara dan Dewasa (Pejantan dan Betina Bunting sampai Beranak)”."
Posting Komentar