MOTIVASI

INGAT!! ALLAH SELALU ADA BOLEH DILIRIK TAK BOLEH TERTARIK

Halaman

KAWASAN PETERNAKAN SAPI TERPADU

loading...


 


 PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI  MALANG










A.    Pendahuluan

Mencuatnya permasalahan pengembangan ternak sapi di NTT dipicu oleh adanya kenyataan telah terjadi penurunan populasi dan kualitas ternak sapi dalam beberapa tahun terakhir. Sejak dimasukan di NTT pada tahun 1912 ternak sapi berkembang sangat pesat dan populasi ternak Nampak stabil pada kisaran 700-800 ribu ekor sebelum terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 1999 terutama pada tahun 2000.
            Adanya kenyataan penurunan populasi dan mutu ternak sapi tersebut telah menstimulir berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak. Gerakan mengembalikan NTT sebagai gudang ternak dan tekad menjadi provinsi ternak kemudian juga diluncurkan oleh pemerintah. Walaupun mendapat simpati dan dukungan dari segenap paktisi peternak sapi di daerah ini berbagai pertanyaan bermunculan. Pertanyaan-pertanyaan sebagaimana kita meningkatkan populasi? Dari mana kita mulai? Pertanyaan ini muncul setelah berbagai program pemeritah yang dijalankan selama ini belum secara optimal mampu meningkatkan produktivitas ternak sapi di NTT sehingga dengan adanya kerja sama antara Fapet Undana dengan pemda sabu raijua dapat menjawab sedikit demi sedikit mimpi besar NTT sebagai provinsi gudang ternak.
Dengan keadaan topograpi kawasan peternakan terpadu (ranch) di kabupaten sabu raijua berbukit dengan ± 42 Ha dan didalamnya terdapat 4 petakan gembala (paddock) dari ke-4 petakan gembala terdapat satu petakan gembala yang memiliki embung mini yang dapat memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian , mungkin lebih bijaksana apabila prioritas pengembangan ternak sapi diarahkan pada peningkatan populasi dan produktivitas ternak.
Dalam kerangka meningkatkan keberhasilan berbagai program peningkatan populasi dan kualitas ternak dibutuhkan pengetahuan tentang berbagai akar permasalahan yang menyebabkan penurunan populasi dan mutu ternak tersebut. Berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penurunan populasi dan mutu ternak sapi di NTT disebabkan terutama oleh menurunnya produktivitas ternak sapi pada system peternakan tradisional di NTT.

B.     Tantangan Yang dihadapi Serta Solusi
1.      Masalah-masalah yang dihadapi di lapangan.
Ø  Petakan gembala (Paddock)
Petakan gembala merupakan bagian terpenting dalam kawasan ranch karena dengan adanya petakan gembala dapat:
·         Mengatur dan meningkatkan pertumbuhan kualitas hijauan.
·         Meningkatkan pemanfaatan hijauan.
·         Membantu mengendalikan gulma.
·         Membantu pelaksanaan gembala.
·         Meningkatkan produktivitas ternak.
Tetapi yang terjadi di lapangan tidak seperti paddock yang diharapkan karena setelah kami periksa semua paddock terdapat pagar hidup yang kurang efisien sehingga dapat memudahkan ternak keluar masuk dan solusinya adalah kami melakukan tindakan dengan memperapat pagar hidup dan pemasangan kawat duri sehingga manfaat utama dari pembuatan dapat tercapai dengan baik.
Gambar 1. Pemasangan kawat dan patok pada paddock.





Ø  Kekurangan pakan selama musim kemarau serta solusi
     Dari hasil penelitian, data dan analisis yang koprehensif maka didapati bahwa sebagian besar penyebab rendahnya produktivitas sapi timor lebih disebabkan oleh kekurangan pakan selama musim kemarau karena pada musim tersebutlah ternak mengalami kekurangan pakan. Selama musim kemarau sapinya kurus-kurus, tidak kawin, dan banyak mati. Maka dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas maka kita dapat memusatkan perhatian dalam menyediakan pakan tambahan selama periode musim kemarau! Sementara itu selama musim hujan tidak ada masalah karena rumput tumbuh dan dalam keadaan berlimpah sehingga dapat dikatakan ternak tidak kekurangan pakan dan dapat berproduksi dengan baik. Ternak sapi timor dapat bertumbuh hingga 0,4 g/hari selama musim hujan (Bamualim dan Wirdahayati, 2004). Hal ini mengindikasikan secara kuat bahwa ternak tidak kekurangan pakan selama musim tersebut.
     Permasalahan padang pengembalaan tidak hanya terbatas pada penurunan luasan tetapi juga secara fisik telah mengalami degradasi (Lawalu dkk, 2002), penurunan kualitas dan kapasitas tampung padang pengembalaan serta fluktuasi produktivitas padang antar musim (Nullik, dkk, 1990;Jelantik, dkk., 2001b). penurunan kualitas disebabkan oleh suksesi vegetasi kearah rumput berkualitas rendah (Riwu-Kaho, 1993) penurunan proporsi leguminosa yang tumbuh  di padang pengembalaan yang kini hanya 1,2 % (Jelantik dkk., 2016), dan invasi berbagai jenis gulma padang mulai dari Lantara camara, Acacia nilotica dan terakhir Chromolaena odorata (Lawalu dkk., 2002;Jelantik, dkk., 2004b).sementara itu kapasitas tampung padang pengembalaan terus menurun dari tahun ke tahun dan kini hanya tinggal 0,31 UT/ha (jelantik dkk., 2006). Dengan kapasitas tampung demikian luasan padang pengembalaan yang ada hanya mampu menampung sebanyak 275.364 ST, sementara itu jumlah ternak yang ada saat ini mencapai 384.404 ST dan dari jumlah tersebut 88% atau 338.276 ST hidup dari padang pengembalaan. Dismping penurunan luas dan kualitas, produksi hijauan dari padang penggembalaan tersebut sangat berfluktuasi  baik kuantitas maupun kualitas nya tergantung pada musim. Fluktuasi tersebut disebabkan oleh curah hujan yang sangat berfluktuasi. Hujan adalah sumber utama air untuk pertumbuhan tanaman di padang pengembalaan dan lahan kering di NTT.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produksi dan kualitas pakan ternak  yang ada di NTT khususnya di kabupaten Sabu Raijua dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.      Membangun dan mengelola padang pengembalaan yang produktif .
2.      Menanam tanaman pakan ternak.
3.      Mengawetkan pakan hijauan dan pengolahan limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi.
 
Gambar 2. Kekurangan pakan pada musim kemarau.
Air dan Pakan
Air dan pakan merupakan faktor utama yang dapat menunjang kelangsungan dan produktivitas hidup ternak oleh sebab itu ketersediaan kedua sumber tersebut harus terpenuhi, kendala atau masalah  yang terjadi dilapangan yaitu kurangnya sumber air dan pakan dalam  paddock karena ketika kami berada di lapangan bertepatan dengan musim panas atau kemarau yang berkepanjangan sehingga kebutuhan air dan pakan akan ternak di setiap paddock berkurang, adapun solusi untuk memenuhi kebutuhan akan air dan pakan  ternak sapi yaitu dengan membuat bak minum dan tempat pakan dalam setiap paddock . bak air berupa fiber berkapasitas 4500 L yang mengaliri  secara otomatis  menggunakan kran pelampung yang mengatur daya tampung dalam bak air disetiap  paddock per  paddock dan pakan berupa hay dalam bentuk ball 1x1/2 m yang dapat memudahkan tenaga kerja untuk memberi makanan pada ternak.
Gambar 2. Fiber penampung , bak air dan tempat pakan

Ø   Pemacek (pejantan)
Pejantan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu usaha peternakan keseluruhan dan Pejantan merupakan salah satu faktor utama untuk  meningkatkan populasi ternak . keberadaan pejantan dalam suatu peternakan sangat penting untuk menunjang kesinambungan proses produksi dan reproduksi.
Pengelolaan pejantan harus sudah dilakukan semenjak masa pedet, dengan demikian dapat diikuti perkembangan performansnya dari awal. Perawatan dan latihan yang teratur dapat menghasilkan pejantan yang mudah ditangani dan dikendalikan . pemberian pakan yang baik (proporsional) sesuai masa pertumbuhan pedet jantan dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan pedet jantan menjadi jantan muda yang memiliki kondisi tubuh yang prima. Penerapan seleksi dengan metode yang baik dan benar dapat membantu menyediakan pejantan unggul dalam peternakan.
Permasalahan yang terjadi di lapangan khususnya di kawasan peternakan terpadu (ranch) di desa raekore adalah dalam hal pengadaan pejantan di datangkan langsung atau di beli langsung dari peternak lain bersama ternak betina dalam kondisi sudah produktif (sudah siap mengawini ternak betina) dengan jumlah jumlah betina 36 ekor dan pejantan 2 ekor, dalam hal ini dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ternak dengan perbandingan antara jantan dan betina tidak seimbang karena dapat mempengaruhi kualitas bobot badan  pada ternak pejantan, selain itu juga pemberian pakan yang berkualitas baik dapat mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan hidup pejantan.
Solusi dari permasalan diatas adalah dengan perbandingan ternak yang tidak seimbang antara pejantan dan betina maka yang dapat dilakukan adalah menambahkan pejantan produktif untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup betina didasari pemberian pakan yang baik, alangka baiknya untuk menghasilkan pejantan yang baik. Idealnya seekor pejantan dapat memberikan penampilan produksi yang maksimum maka harus diberi makanan  yang bermutu baik dan dalam jumlah yang memadai, dismping itu mempunyai sifat genetis serta ditunjang oleh pengelolaan pejantan yang baik pula.

Ø  Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Dalam usaha peternakan penanganan atau pemeliharaan yang sangat baik, tidak akan ada artinya sama sekali bagi ternak bila tidak di tunjang oleh makanan. Makanan dalam hal ini lebih tepatnya disebut hijauan makanan ternak, memegang peranan penting dalam rangka produksi ternak. Bila berbicara tentang masalah hijauan pakan maka tidak dapat terlepas dari tanaman pakan. Sebagaimana diketahui bahwa tanaman merupakan sumber makanan utama bagi ternak, tanaman pakan mengandung hampir semua zat yang dibutuhkan ternak ruminansia. Banyak tanaman atau tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan salah satunya leguminosa antara gala-gala dan lamtoro, palabilitas suatu hijauan pakan sifatnya relatif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain fase pertumbuhan dan kondisi dari hijauan dan ketahanan terhadap kekeringan.
Hijauan makanan ternak memiliki peranan penting dalam rangka produksi ternak, ada tiga unsur utama yang perlu mendapat perhatian. Ketiga unsur  yang dimaksud adalah factor makanan, mutu genetic, dan pengelolaan dan pemiliharaan yang baik (managemen).
Permasalahan yang dihadapi dan yang terjadi di lapangan adalah kebutuhan hijauan ternak sangat rendah bahkan hampir semua hijauan makanan mati, karena berada dalam kondisi kering kerontang dan curah hujan yang sangat rendah, juga musim kemarau berkepanjangan dan sumber air dapat mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan ternak. Adapun beberapa embung mini yang disediakan untuk menampung air hujan di musim penghujan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan akan hijauan ternak seperti akan bibit lamtoro dan gala-gala, karena air tersebut digunakan untuk kelangsungan hidup ternak dalam hal ini akan ketersediaan minuman secara add libitum atau tersedia terus-menerus dalam kandang dan paddock per paddock.
          Solusi dari masalah diatas adalah karena sulitnya sumber mata air maka perlu menyediakan embung berukuran besar atau berkapasitas besar sehingga dapat menampung air banyak di musim penghujan datang sehingga ketersediaan air di musim kemarau dapat memenuhi akan kebutuhan hijauan makanan ternak dan kelangsungan hidup ternak akan kebutuhan air minim.
Dengan ketersediaan air yang berkapasitas besar dan embung mini disetiap paddock per paddock dapat memudahkan pemiliharaan ternak dan penyiraman akan hijauan makanan ternak di musim kemarau berkepanjangan. Ketersediaan pakan hijauan ternak masih rendah atau masih sangat sedikit maka kelompok kami melakukan tindakan dengan  menTyiapkan polyback sebagai media tanam persemaian bibit tanaman hijauan pakan ternak antara lain gala-gala dan lamtoro, karena tanaman seperti gala-gala dan lamtoro merupakan tanaman pakan yang bertahan hidup di musim panas atau kemarau. Dengan ketersediaan akan bibit yang telah disemaikan maka kami kelompok kami menyediakan lubang untuk menanam bibit yang telah disemaikan di polyback, agar diawal musim penghujan datang dapat ditanam dilubang yang telah disediakan dan kelompok kami juga menyediakan pupuk bokashi untuk memberi kesuburan pada media tanam tersebut. Pembuatan pupuk bokashi merupakan salah satu dari program kerja di lapangan yang harus dilakukan karena dengan ketersediaan akan pupuk organic dapat memacu kesuburan tanaman pakan ternak.


C.    Penutup

Ø  Kesimpulan
Untuk memajukan NTT sebagai provinsi ternak maka kita harus melandaskan serta mengoptimalkan poin-poin tersebut diatas karena poin-poin diatas merupakan kriteria utama yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan NTT sebagai provinsi ternak.

Ø  Saran
Perlu adanya penerapan perbaikan manajemen dalam kawasan ranch serta campur tangan pemerintah daerah dalam mendukung kelangsungan hidup ternak demi mencapai  tujuan utama NTT sebagai gudang ternak.


0 Response to "KAWASAN PETERNAKAN SAPI TERPADU"

Posting Komentar