loading...
Abstract
The
present research was aimed to study the quality of forages and productivity of
pasture managed by the teaching farm unit (UPT) of Andalas University by taking
samples of forages from 8 paddocks. Samples of forages in fresh form were
collected in 5 different sampling points of each paddock by using quadrant
plate meter of 0.5x0.5 m in size. The fresh samples were weighed and then
sorted by plant species for identification of botanical composition. The
samples were then remixed, dried and ground for chemical analysis. Parameter
measured included forage mass production, botanical composition, carrying
capacity, DM and nutrient content of CP, CF and ash.Results shown that there
were 12 kinds of species grown at the pasture, i.e. 5 gramineae, 4 leguminosae
and 3 kinds of browse.Nutrient content of CP, CF and crde ash ranged from 7.2
to 18.7 %, 37.1 to 47.7 % and 6.6 to 10.0 % DM, respectively.Mean production of
forages mass in fresh form of about 26.19 t/year with carrying capacities of
2.07 AU/paddock. The total carrying capacity of the pasture was about16.1
AU/ha.
Keywords: forage mass production, forages
quality, pasture
PENDAHULUAN
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Peternakan merupakan bagian dari fasilitas Fakultas Peternakan Universitas
Andalas yang digunakan sebagai teaching farmuntuk pelayanan kegiatan
tridharma terutama pendidikan dan penelitian.Lahan UPT yang terletak di lahan
sisi bagian barat dan utara kampus Limau Manis Universitas Andala mencakup luas
sekitar 25 hektar dan terdiri atas lahan padang rumput, bangunan administrasi
dan kandang sebagai laboratorium berbagai jenis ternak (Pedoman Kegiatan
Akademik Fakultas Peternakan 2009).UPT dibangun dan dikelola untuk melayani
kegiatan praktek lapang mahasiswa dan menunjang penelitian dosen dan
mahasiswa.Disamping sebagai pusat pelayanan pendidikan dan penelitian, UPT juga
diharapkan dapat berperan sebagai pusat kegiatan bisnis yang dapat menghasilkan
uang untuk menunjang pendanaan Fakultas Peternakan
Pada lahan UPT dibangun kandang
dan fasilitas penanganan ternak untuk pemeliharan ternak ruminan, terutama
ternak sapidan kambing. UPT juga dilengkapi dengan lahan padang rumput sebagai
tempat penggembalaan ternak dan sumber hijauan pakan Meskipun sebagain besar
fasilitas bangunan dan lahan dialokasikan untuk ternak ruminan, jumlah dan
jenis ternak yang dipelihara UPT sangat terbatas. Jenis ternak ruminan yang dipelihara hanya
sapi dengan jumlah yang sangat terbatas, yaitu sekitar 20 ekor ternak sapi,
sedangankan fasilitas kandang yang tersedia dapat menampung minimal sekitar 100
ekor sapi. Keterbatasan UPT untuk memelihara ternak dengan jenis dan jumlah
yang optimal diduga akibat keterbatasan ketersediaan pakan hijauan.
Ketersediaan pakan hijauan
merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan ternak.
Biaya produksi dalam pemenuhan ketersediaan pakan yaitu 60-70% dari seluruh
biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut sehingga perlu adanya
perhatian mendalam tentang penyediaan pakan yang baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Potensi wilayah dalam penyidiaan hijauan pakan ternak dan
kebutuhan untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat diusahakan
pemanfaatan sumber daya hijauan secara optimal dengan memperhatikan
kesinambungan penyediaan hijauan sepanjang tahun (Rukmana, 2005).
Dalam usaha peternakan, lahan
memiliki peranan penting dalam penyediaan pakan ternak seperti rumput dan
limbah pertanian (Suparini 2000). Lahan Padang rumput yang efektif hanya
sekitar 3 hektar. Lahan ditanami dengan rumput unggul berupa rumput gajah (Pennisetum
purpureum) sebagai rumput potongan dan rumput Bede (Brachiaria decumben)
sebagai rumput gembala yang relative tahan injakan ternak (Crowder dan Chheda
1982) dan (Sawen dan Junaidi 2011). Lahan dan rumput kurang terawat, yang dapat
terlihat dari pertumbuhan tanaman yang tidak merata dan invasi gulma.Hal ini
tidak hanya menghambat produksi biomas, tetapi juga berpengaruh terhadap
kulitas hijauan yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui produksi biomaslahan padang rumputdan kualitas hijauan
(kandungan nutrisi) yang dikaitkan dengan keragaman jenis tanaman hijauan
(komposisi botani) yang tumbuh dan kapasitas tampung ternak.
MATERI DAN METODA
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Maret sampai bulan Mei 2011 di lahan UPT Peternakan yang dikelola
Fakultas Peternakan Universitas Andalas dengan metode survey dan pengamatan
langsung ke lapangan. Penelitian diawali dengan mempelajari dan mengamati lahan
Padang rumput UPT yang terbagi atas 9 paddockdengan luas atau ukuran
yang berbeda. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling, yaitu
dengan memberikan kesempatan untuk diambil kepada setiap elemen populasi
(Sugiarto et al, 2003)pada 8 paddock yaitu paddock 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
dan 8, sedangkan paddock nomor 9 masih belum ditanam hijauan (gambar1). Pada
setiap paddock terpilih ditetapkan 5 titik pengambilan sampel. Penetapan titik
dilakukan dengan membagi paddock menjadi 5 bagian secara diagonal, dengan
mempertimbangkan kontur lahan, kondisi tanaman dan kemudahan untuk dijangkau.
Pengambilan sampel pada setiap
titik dilakukan dengan menggunakan kuadran (plate mater) pada gambar
2.Kuadran yang terbuat dari paralon berupa bujur sangkar dengan ukuran sisi
masing-masing 50 cm. Kuadran ditempatkan pada titik yang ditentukan.Hijauan yang
ada dalam kuadran dipotong dan disimpan dalam kantong plastik yang tertutup
rapat untuk ditimbang berat segarnya.Sampel yang telah ditimbang berat segarnya
dipisahkan menurut jenis tanaman untuk mengatahui bobot setiap jenis
tanaman.Setelah ditimbang hijauan digabung kembali dan dicacah kemudian
dikeringkan dalam oven suhu 60◦C sampai siap digiling.Setelah kering dan dingin
sampel ditimbang untuk mengetahui data berat kering udara.Sampel kering
digiling untuk dianalisa kandungan zat makanannya. Zat makanan yang dianalisa
adalah kandungan air, bahan kering, serat kasar, protein kasar, dan abu.
Analisa dilakukan menurut metode proksimat di laboratorium Teknologi Industri
Pakan (TIP)
Produksi biomas dalam bahan
kering diperoleh dengan mengalikan produksi biomas segardengan kandungan bahan
kering.Kapasitas tampung dihitung menurut Reksohadiprodjo (1985) dan Damry
(2009), dengan asumsi bahwa satu unit ternak (UT) setara dengan sapi dengan
bobot 500 kg, dengan kebutuhan pakan ternak per hari (dalam bentuk bahan
kering) ditetapkan sebesar 3% dari bobot badan. Kapasitas tampung dihitung
dengan membagi produksi biomas per hari dalam bentuk bahan kering per hari (kg)
dengan kebutuhan bahan kering per hari, yaitu sebesar 15 kg. Komposisi botanis
dihitung dengan metode dry weigh rank (Susetyo, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi botanis
Pada Tabel 1 disajikan data hasil
analisa komposisi botanis hijauan. Hijauan yang tumbuh di lahan Padang rumput
yang dikelolaUPT Fakultas ditemukan ada sebanyak 12 spesies, yang terdiri atas
5 jenis Gramineae, 4 jenis Leguminosae, dan 3 jenis browse.
Jenis gramineae mencakup sekitar 61.75%, Leguminosae 13.14%, dan
gulma 25.11%. Tanaman gramineae didominasi oleh rumput gajah (Pennisetum
purpureum) dengan jumlah persentase 39.69%, diikuti rumput pahit (Axonopus
compressus) 8.45% dan alang-alang (Imperata cylindrica) 7.84%.
Untuk golongan leguminosae didomonasi
oleh calopo (Calopogonium mucuniodes) 5.29%, diikuti oleh putri malu (Mimosa
pudica) 3.68% dan stylo (Stylosanthes) 2.89%.Kemudian untuk golongan
browse didominasi oleh rumput teki (Cyperus rotundus) 18.94%, diikuti
pakis (Cyclosoru parathelypteris) 5.64%, dan sikaduduk (Melastoma
malabatricum) 0.53%.
Tabel 1 : Komposisi Botanis
Tanaman yang Tumbuh di Lahan Padang Rumput UPT
Fakultas Peternakan No
|
Nama Lokal
|
Nama Latin
|
Persentase (%)
|
Jenis Hijauan
|
|||
Rumput
|
Gramineae
|
||
1
|
Rumput gajah
|
Pennisetum purpureum
|
39.69
|
2
|
Rumput pahit
|
Axonopus compressus
|
8.45
|
3
|
Alang-alang
|
Imperata cylindrical
|
7.84
|
4
|
Rumput bede
|
Brachiaria decumbens
|
5.33
|
5
|
Rumput udang
|
Paspalun conjugatum
|
0.44
|
61.75
|
|||
Kacang-kacangan
|
Leguminosae
|
||
6
|
Calopo
|
Calopogonium mucunoides
|
5.29
|
7
|
Putri malu
|
Mimosa pudica
|
3.68
|
8
|
Stylo
|
Stylosanthes
|
2.89
|
9
|
Centro
|
Centrosema pubescens
|
1.28
|
13.14
|
|||
Browse
|
|||
10
|
Rumput teki
|
Cyperus rotundus
|
18.94
|
11
|
Sikaduduk
|
Melastoma malabatricum
|
0.53
|
Gulma
|
|||
12
|
Pakis
|
Cyclosorus parathelyptens
|
5.64
|
25.11
|
Kandungan Zat Makanan
Rataan hasil analisa kandungan
air, bahan kering, protein kasar, serat kasar, abu dapat dilihat pada Tabel
2.Berdasarkan hasil analisa kandungan air, bahan kering,
protein kasar, serat kasar dan
abu terlihat bebeda. Kandungan air berkisar antara 35.8% - 95.2% BS. Sedangkan
bahan kering berkisar antara 4.8% - 64.2 % BS. Protein kasar berkisar antara
7.2% - 18.7% BK dan serat kasar berkisar antara 37.1% - 47.7 % BK. Abu berkisar
antara 6.6 % - 10.0 % BK.
Produksi Biomas dan Kapasitas
Tampung
Produksi biomas hijauan dan
kapasitas tampung lahan hijaun untuk setiap paddock berbeda-beda (Tabel 3).
Rataan produksi hijauan dalam ton/ha/th berkisar antara 48.01 – 187.91.Produksi
tertinggi terdapat pada paddock 2 yaitu 187.91 ton/ha/th, sedangkan produksi
terendah terdapat pada paddock 1 yaitu 48.01 ton/ha/th. Produksi hijauan kering
berkisar antara 0.32 - 87.45 ton/ha/th. Produksi hijauan kering tertinggi pada
paddock 4 yaitu 87.45 ton/ha/th dan produksi hijauan kering terendah terdapat
pada paddock 6 yaitu 0.32 ton/ha/th. Pada Tabel 3 ditampilkan data produksi
biomas hijauan dan kapasitas tampung lahan hijauan untuk setiap paddock.
Tabel 3 : Produksi Biomass (dalam
bentuk Segar dan Kering) dan Kapasitas Tampung
Pada Setiap Paddock Lahan Padang
Rumput UPT Peternakan
Hasil analisis komposisi botanis
hijuan yang dipanen di lahan Padang rumput UPT Fakultas Peternakan dinilai
kurang baik. Hal ini disebabkan UPT Fakultas Peternakan didominasi oleh
golongan rumput-rumputan (61.75%) dan gulma (25.11%) sedangkan kacang-kacangan
paling rendah jumlahnya yaitu (13.14%). Tingginya persentase rumput disebabkan
rumput mudah sekali tumbuh dan berkembang pada hampir semua jenis tanah dan
pada berbagai jenis iklim.Menurut Susetyo (1980) dan Reksohadiprodjo (1985)
menyatakan padang rumput yang baik perbandingan komposisi botanis dengan
leguminosa adalah 60% rumput dan 40% leguminosa, berbeda dengan hasil komposisi
botanis UPT Fakultas Peternakan yaitu 61.75% rumput, 13.14% leguminosa dan
25.11% leguminosa. Hal ini memperlihatkan bahwa Padang rumput kurang baik,
diduga karena kurangnya perawatan terhadap lahan Padang rumput di UPT Atas Fakultas
Peternakan. Komposisi botanis suatu Padang pengembalaan ditentukan antara lain
oleh tingkat kesuburan tanah, iklim dan curah hujan, tinggi tempat serta ternak
yang digembalakan (Reksohadiprodjo (1985).
Berdasarkan standar yang
direkomendasikan oleh Crowder dan Chheda (1982) dan Junaidi (2010) bahwa
kualitas Padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara rumput
dibanding legume adalah sebanyak 3 : 2, dapat dinyatakan bahwa kondisi di lahan
Padang rumput UPT Peternakan tergolong rendah. Spesies rumput lebih mendominasi
dibandingkan legume sehingga lahan Padang rumput UPT Peternakan rendah spesies
legum. Ketersediaan legume yang cukup dalam suatu Padang penggembalaan sangat
diperlukan karena legum memiliki kandungan nutrisi (Protein) yang tinggi
dibanding rumput.
Kandungan air paling tinggi
terdapat pada hijauan yang tumbuh paddock 6, Hal ini diduga karena rumput gajah
yang tumbuh di paddock 6 masih muda.Sedangkan kandungan air dan bahan kering
yang paling rendah ditemukan pada lahan hijauan yang tumbuh pada paddock
4.karena pada paddock 4 rumput gajah kurang terawat dengan baik sehingga
kandungan air menjadi rendah. Sabaiknya pada paddock 4 dan paddock 8 di lakukan
interval pemotongan yang teratur, sehingga kandungan air tidak rendah. Untuk mendapatkan
kandungan gizi yang bagus sebaiknya dibuat kalender pengembalaan. Nilai
kandungan bahan kering ini juga dipengaruhi oleh interval defoliasi karena
dapat mempengaruhi produksi rumput. Kenyataan dengan memepertahankan tanaman
dalam kondisi muda untuk mendapatkan nilai nilai gizi yang tinggi dengan
mengatur interval devoliasi pendek dapat menyebabakan menurunnya produksi bakan
kering hijauan (Suyitman, 2003).
Protein kasar tertinggi terdapat
pada paddock 1 yaitu 18.7 % BK dan protein kasar terendah pada paddock 8 yaitu
7.2 % BK. Pada paddock 1 protein paling tinggi yaitu 18.7 %BK hal ini diduga
karena tanaman terawat dengan baik (pemupukan, penyiangan) sehingga kandungan
protein kasar tinggi. Selain itu pada paddock 1 merupakan lahan untuk praktikum
mahasiswa dan lokasi paddock 1 sangat dekat dengan kantor, sehingga untuk
memberikan pupuk pada hijauan di paddock 1 sangat terjangkau, diduga karena
banyaknya jenis pupuk yang diberikan sehingga rumput gajah yang tumbuh di
paddock ini tampak lebih hijau dan muda, sehingga protein yang dihasilkan juga
paling tinggi. Serat kasar tertinggi terdapat pada paddock 6 yaitu 47.7 % BK
dan serat kasar terendah terdapat pada paddock 3 yaitu 37.09 % BK. Umur
berpengaruh terhadap kandungan serat tanaman. Semakin tua umur tanaman maka
kandungan serat semakin meningkat. Pada pddock 6 terlihat rumput gajah dan
rumput Bede banyak yang sudah tua.
Hasil produksi (berat segar dan
berat kering) tiap paddock terlihat berbeda-beda. Hal ini terjadi karena adanya
keragaman hijauan. Keragaman hijauan yang tumbuh disetiap paddock dapat
menghasilkan produksi Segar paddock berbeda-beda. Produksi hijauan kering tertinggi terdapat
pada paddock 4 (yaitu 87.45), karena sebagaimana terlihat pada Tabel 2 bahwa
kandungan bahan kering tertinggi pada paddock 4 (64.2). Tingginya produksi
hijauan kering karena kandungan bahan kering pada rumput lahan juga tinggi.
Perbedaan hasil produksi tiap paddock ini dipengaruhi manajemen, kerana jika
manajemen bagus dapatmemepengaruhi produksi hijauan. Selain itu iklim dan jenis
spesies tanaman juga memepengaruhi produksi hijauan.Hasil produksi kering
berbeda-beda.Produksi bahan kering juga dipengaruhi oleh faktor defoliasi
karena semakin pendek waktu interval pemotongan maka prodoksi tanaman per Ha
menurun bahkan terlihat timbulnya gangguan oleh tanaman pengganggu.
Besar dan kecilnya jumlah
produksi hijauan Segar tergantung pada faktor manajemen yaitu menyangkut
perlakuan manusia diantaranya perlakuan pemupukan, pengolahan tanah dan
pemotongan. Perawatan terhadap tanaman dapat meningkatakan produksi, sehingga
semakin bagus manajemen manusia maka produksi hijauan semakin meningkat. Jika
lahan UPT Peternakan diberikan perawatan yang baik seperti, penyiangan,
pemupukan, pemotongan pada waktu yang tepat maka produksi hijauan yang
dihasilkan menjadi meningkat dari sekarang. Biasanya 1 ha lahan hijauan
menghasilkan 300 ton/ha/tahun. Berbeda dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Kapasitas tampung perhektar (ST/ha) berkisar antara 3.81 (ST/ha)
sampai 14.91 (ST/ha). Kapasitas tampung (ST/ha) tertinggi terdapat pada paddock
2 yaitu 14.91 dan kapasitas tampung terendah (ST/ha) terdapat pada paddock 1
yaitu 3.81 (ST/ha).Berdasarkan luas paddock yang ada, kapasitas tampung per
paddock (ST/paddock) berkisar antara 0.76 (ST/paddock) sampai 4.80
(ST/paddock).Kapasitas tampung tertinggi terdapat pada paddock 7 yaitu 4.80 (ST/paddock)
karena lahan yang luas dan produksi hijauan Segar tinggi.
Secara keseluruhan total
kapasitas tampung hijauan sekitar 16.6 ST, yang mendekati angka satuan ternak
yang dipelihara di UPT. Pada saat penelitian ternak yang ada di UPT Fakultas
Peternakan berjumlah sekitar 20 ekor ternak, berupa jenis sapi lokal, seperti
bali, pesisir dan persilangan keduanya. Bobot badan sapi ini rata-rata berkisar
antara 250-350 kg/ekor, sehingga setara dengan sekitar15-16 ST. Rata-rata
seluruhnya produksi hijauan Segar adalah 99.70 (ton/ha/th) dan rata-rata
produksi hijauan kering adalah 37.43 (ton/ha/th), rata-rata kapasitas tampung
per hektar adalah 7.91 (ST/ha), rata-rata produksi hijauan Segar per paddock
adalah 26.19 (ton/paddock/th), sedangkan rata-rata kapasitas tampung per
paddock adalah 2.07 (ST/paddock).
Menurut Reksohadipradjo (1985) pasture yang
baik mempunyai kapasitas tampung 0.4 ha untuk 1 ST/ha/tahun atau 1 hektar
Padang pengembalaan untuk 2.5 ST/tahun. Rendahnya kapasitas tampung UPT
Fakultas Peternakan disebabkan komposisi botanis yang kurang baik, manajemen
yang kurang baik, sehingga produksi hijuan rendah serta kapasitas tampung juga
rendah. Hasil kapasitas tampung UPT Fakultas Peternakan ini tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian Ifradi (1997) yang melaporkan kapasitas tampung padang
pengembalaan alam di kabupaten Agam 1.75 ST/ha/tahun, Kabupaten 50 kota 0.72
ST/ha/tahun dan Kabupten Padang Pariaman 1.51 ST/ha/tahun. Kapasitas tampung
tertinggi berdasarkan ST/paddock adalah paddock 7 (4.80 ST) karena pada paddock
7 lahan luas (0.6 ha) dan produksi hijauan yang dihasilkan tinggi (100.92).
Berbeda dengan paddock 8. Lahan luas (0.6 ha) tapi produksi hijauan rendah dari
paddock 7 sehingga kapasitas tampung yang diperoleh hanya 4.43 ST. Jumlah total
ternak yang dapat dipelihara pada semua paddock adalah 16.6 ST. Besarnya jumlah
kapasitas tampung pada suatu lahan tergantung pada produksi hijauan. Jumlah
ternak sesuai dengan jumlah saat dilakukan penelitian.hijauandapat diperoleh
berdasarkan jenis tanaman dan kandungan gizi tanaman. Pertumbuhan dan produksi
tanaman sangat ditentukan oleh spesies tanaman itu sendiri, semakin baik
spesies tanaman maka semakin baik pula pertumbuhan dan produksinya. Produksi
tanaman ditentukan oleh jenis tanaman, iklim dan manajemen. Whiteman et al (1974).Setelah
dijumlahkan luas 8 paddock yang ada di UPT fakultas peternakan adalah sekitar
2.3 ha. Jika lahan 2.3 ha menghasilkan produksi rumput gajah pertahun adalah
690 ton/ha/tahun Dan tiap panen menghasilkan rumput 76.7 ton/ha/panen. Untuk
perhari adalah 1890.41 kg/ha/hari. Jadi kapasitas tampung ternak 47.3 ST (ekor
ternak sapi).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa tanaman yang tumbuh dilahan UPT sebanyak 12 spesies
hijauan yang terdiri atas 5 jenis gramineae, 4 jenis leguminosae dan
3 jenis browse. Kandungan zat makanan pada tiap paddock berbeda-beda.
Rata-rata kandungan protein kasar adalah 10.6 %BK, serat kasar adalah 42.3 %BK,
dan bahan kering adalah 34.2 %BS. Sedangkan untuk produksi hijauan Segar per
paddock rata-rata 26.19 (ton/paddock/th) dan kapasitas tampung untuk tiap
paddock rata-rata 2.07 ST. Total kapasitas tampung untuk semua paddock adalah
16.6 ST.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L, V and N. R. Chheda.
1982. TropicalGrassland Husbandry. Longman, London and New York. Damry. 2009. Produksi dan Kandungan Nutrient
Hijauan Padang Pengembalaan Alam di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. J
Agroland 16(4) : 296-300
Ifradi. 1997. Kapasitas Tampung,
Produktivitas dan Kandungan Gizi serta Komposisi Botanis Padang Pengembalaan
Alam di Sumatera Barat. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol. 3 No. 3:
64-68. Junaidi M dan Sawn D. 2010.
Keragaman Botanis dan Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan Alami di Kabupaten
Yapen. Jurnal Ilmu Peternakan. Vol 5 no. 2 : 92-97.
Lubis, D. A. 1963. Ilmu
makanan ternak dasar. Yayasan Pembangunan, Jakarta.
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar
Budidaya Padang Rumput Tropika.Fakultas Pertanian Universitas Ibadan.
Terjemahan Pradya Paramita, Jakarta. Murtidjo,
B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.
Pedoman Kegiatan Akademik
Fakultas Peternakan. 2009. Universitas Andalas, Padang. (Tidak dipublikasikan)
Peto M. 1990. Usaha-usaha untuk
Meningkatkan Mutu Padang Pengembalaan Alam. Karya Tulis. Fakultas Peternakan.
Universitas Andalas, Padang.
Reksohadiprojo S. 1985. Produksi
Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada, Djogjakarta.
Reynolds, S. G. 1988. Pastures
and Cattle under Coconut Country Project Officer. FAO.Roma.
Rismunidar. 1986. Mendayagunakan
Tanaman Rumput. Sinar Baru, Bandung.
Rukmana HR. 2005. Rumput Unggul :
Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Robbar, G. E, D. I, Michalk and
Pither. 1978. Effect of Stochking Rate on Annual Domonated and Parennial
dominated Natura Pastures. Aust, Jour, of Exp and Animal Husbandry. Volume 18,
PP: 361-369.
Sastroamidjoyo, N.I dan S.
Soeradji. 1978. Peternakan Umum. CV. Yasaguna, Jakarta.
Sawen D dan Junaidi M. 2011.
Potensi Padang Penggembalaan Alam Pada Dua Kabupaten di Provinsi Papua Barat.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Sugiarto, D. S, L T Sunaryanto, D
S Soetomo. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suparini. 2000. Pengkajian
Potensi Wilayah Kabupaten Bogor Sebagai Wilayah Pengembangan Sapi Potong [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Susetyo, S. I. Kismono. B.
Soewardi. 1969. Hijauan makanan ternak. Dinas Peternakan Rakyat, Ditjen
Peternakan Depatemen Pertanian, Jakarta.
Susetyo, S. 1980. Padang
pengembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB,
Bogor.
Suyitman. S. Jalaludin. Abudinar
MHD. N Muis. Ifradi HR. N Jamaran. M Peto.Tanamasni. 2003. Agrostologi.
Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Whiteman, P. C. L. H. Humphreys,
and N. H. Monteith. 1974. A Course M annual in Tropical Pasture Science.
Watson Ferguson Co Ltd, Brisband
0 Response to "PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN DI LAHAN PADANG RUMPUT "
Posting Komentar