loading...
NAMA DOSEN
DISUSUN OLEH
ASWANDI
ASWANDI
UNIVERSITAS
TRIBHUWANA TUNGGADEWI
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM STUDI
PETERNAKAN
MALANG 2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan rangkuman manajemen
lingkungan dan tingkah laku hewan, dapat di selesaikan dengan tepat waktu. Rangkuman ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah rangkuman
manajemen lingkungan dan tingkah laku hewan , Dr.Ir Eko marhaeniyanto. Dalam
prosesn penyusunan rangkuman ini saya menyelesaikannya menggunakan sumber sumbernya
dari internet, Dimana pengumplan data lainnya diperoleh dari berbagai macam
sumber buku bahan untuk dijadikan suatu
rangkuman. saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan rangkuman ini. saya akui rangkuman ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
rangkuman saya ini Semoga
rangkuman ini bermanfaat bagi pembaca. Amiiin.
KATA PENGANTAR…………………............................……………………………………......……i
DAFTARISI………………………............……………………….…………………………..………ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG………………………………………………………………………....……1
1.2 RUMUSANMASALAH…………………………………………………………..……….....……1
1.3 TUJUAN…………………..............................…………………………………….………………1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1PENGERTIAN ADAPTASI………………………………...........………………......……………2
2.2 KONSEP DAN DASAR TEORIADAP TASI
TERNAK…………………………….......………3
2.3 PEMINDAHAN PANAS DAN DAMPAK TERHADAP
TERNAK……………...………......…4
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
…………………....................................……………………….....………..…8
3.2
SARAN………................................…………………………………….....……....…………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………….......…………………………………….………….….9
BAB I
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-sehari kita tak pernah
terlepas dari orang lain, yang mana kitamembutuhkan mereka sebagai pelengkap
dalam hidup kita, akan tetapi sebelum kitamengenal siapa mereka dan bagaimana
mereka kita harus bisa beradaptasi dengan mereka terlebih dahulu. Individu
merupakan organisme tunggal, tanpa bantuan dari orang lain kita tidak bisa
hidup sempurna. Jika diperhatikan hewan-hewan yang ada di sekitar kita, kita
akan melihat bahwa setiap hewan diciptakan Tuhan dengan unik. Baik mamalia
besar seperti gajah, kerbau, kuda, hingga serangga kecil seperti lebah,
kupu-kupu dan belalang diberi tuhan kemampuan dan bentuk tubuh yang paling
sesuai dengan tempat dan cara hidupnya. Adaptasi merupakan bentuk
penyuasaian yang dilakukan makhluk hidup agar bisa betahan hidup dalam
lingkungannya, terlebih lingkungan yang baru, bukan hanya pada manusia saja
tetapi juga pada hewan dan juga tumbuhan, mereka harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan dimana mereka berada, demi mempertahankan kelangsungan hidup atau
dalam mempertahankan hidupnya.
Salah
satu penyebab kepunahan makhluk hidup adalah ketidakmampuan makhluk hidup untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, ketika memindahkan seekor ikan yang
diambil dari habitat aslinya ke dalam kolam ikan buatan sendiri. Beberapa hari
kemudian ikan yang dipelihara mati. Kematian ikan ini disebabkan ikan tersebut
tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Maka jelaslah bahwa makhluk
hidup yang tidak beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan.
Setiap jenis organisme mempunyai dan memerlukan lingkungan untuk hidup di
tempat tertentu. Lingkungan atau tempat suatu makhluk hidup biasanya disebut
dengan habitat.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari adaptasi?
2. Bagaimana konsep dasar teori
adaptasi ternak
3.
Pemindahan panas, dan dampak terhadap ternak
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori tentang
adaptasi ternak, Untuk mengetahui pengertian adaptasi.
2.Untuk mengetahui jenis- jenis
adaptasi.
3.
Untuk mengetahui, Pemindahan panas, dan dampak terhadap ternak
BAB II
B. Pembahasan
2.1.
Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana
organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup.
Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
1.Memperoleh air, udara dan nutrisi
(makanan)
2.Mengatasi kondisi fisik lingkungan
seperti temperatur, cahaya dan panas
3.Mempertahankan hidup dari musuh
alaminya (bereproduksi)
4.Merespon perubahan yang terjadi di
sekitarnya
Organisme
yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Adaptasi adalah, pertama-tama, proses, dan bukan bagian
fisik dari tubuh. Perbedaan dapat dilihat dalam parasit internal, dimana
struktur tubuh sangat sederhana, tapi tetap organisme. Yang sangat beradaptasi
dengan lingkungan yang tidak biasa. Dari sini dapat dilihat adaptasi yang tidak
hanya masalah sifat terlihat: dalam parasit seperti adaptasi kritis terjadi dalam
siklus-hidup, yang sering cukup rumit. Namun, sebagai istilah praktis, adaptasi
sering digunakan untuk. produk: fitur-fitur dari spesies yang hasil dari proses
tersebut. Banyak aspek dari hewan atau tanaman dapat benar adaptasi disebut,
meskipun selalu ada beberapa fitur yang fungsinya diragukan. Dengan menggunakan
istilah adaptasi untuk proses evolusi, dan sifat adaptif untuk bagian tubuh
atau fungsi (produk), dua indera kata mungkin dibedakan. Adaptasi adalah salah
satu dari dua proses utama yang menjelaskan beragam spesies yang kita lihat
dalam biologi, seperti berbagai jenis kutilang Darwin. Yang lainnya adalah
spesiasi (spesies-membelah atau cladogenesis), yang disebabkan oleh isolasi
geografis atau mekanisme lain. Sebuah contoh favorit digunakan sekarang untuk
mempelajari saling adaptasi dan spesiasi adalah evolusi ikan cichlid di danau
Afrika, mana pertanyaan isolasi reproduksi jauh lebih kompleks.
Adaptasi tidak selalu merupakan hal
yang sederhana, di mana fenotip berkembang yang ideal untuk lingkungan
eksternal yang diberikan. organisme harus layak pada semua tahap perkembangan
dan pada semua tahap dari evolusi. Hal ini menempatkan kendala pada evolusi
pembangunan, perilaku dan struktur organisme. Kendala utama, di mana ada banyak
perdebatan, adalah persyaratan bahwa setiap perubahan genetik dan fenotipik
selama evolusi harus relatif kecil, karena sistem pembangunan sangat kompleks
dan saling terkait. Namun, tidak jelas apa yang “relatif kecil” seharusnya
berarti, untuk poliploidi misalnya di tanaman adalah perubahan cukup umum
genetik yang besar. Asal usul simbiosis dari beberapa mikro-organisme untuk
membentuk sebuah eukaryota. Merupakan contoh yang lebih eksotis.
Semua adaptasi membantu organisme bertahan dalam relung ekologi
mereka. ini mungkin sifat adaptif struktural, perilaku atau fisiologis.
adaptasi struktural fitur fisik organisme (bentuk, meliputi tubuh,
persenjataan, dan juga organisasi internal). Perilaku adaptasi terdiri dari
rantai perilaku yang diturunkan dan / atau kemampuan untuk belajar: perilaku
mungkin warisan secara rinci (naluri), atau kecenderungan untuk belajar mungkin
warisan (neuropsikologi lihat). Contoh: mencari makan, kawin, vokalisasi.
adaptasi fisiologis organisme izin untuk melakukan fungsi khusus (misalnya,
membuat racun, mengeluarkan lendir, Phototropism Fototropisme), tetapi juga
fungsi yang lebih umum seperti pertumbuhan dan pembangunan, pengaturan suhu,
keseimbangan ionik dan aspek lain dari homeostasis. Adaptasi, kemudian,
mempengaruhi semua aspek kehidupan organisme.
2.2 Konsep dasar teori adaptasi
ternak
Konsep
adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin penting yaitu evolusi
genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan
adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa
hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak
hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level
gerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi
dari teori sistem, baik secara biological, perilaku, dan sosial. Asumsi dasar
adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa
melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam
sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi
dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap
sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi
merupakan juga suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun
lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap. Sedangkan Roy Ellen
membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe. Antara lain adalah (1) tahapan
phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam,
(2) modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan
(4) modifikasi kultural. Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang
teratas bagi homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasi
dikatakannya sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan
dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang
tidak terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Rot Ellen
seharusnya dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya.
Dasar
pembagian ke-4 tipe adaptasi diatas, berdasarkan atas laju kecepatan mereka
untuk dapat bekerja secara efektif. Seperti adaptasi phylogenetic,
dibatasi oleh tingkatan bagaimana populasi dapat bereproduksi dan
berkembangbiak. Modifikasi fisik bekerja lebih cepat, akan tetapi tetap
tergantung pada perubahan somatik dan akomodasi yang dihubungkan dengan
pertumbuhan fisik dan reorganisasi dari tubuh. Sedangkan proses belajar,
tergantung dari koordinasi sensor motor yang ada dalam pusat sistem syaraf.
Disini ada proses uji coba, dimana terdapat variasi dalam waktu proses belajar
yang ditentukan oleh macam-macam permasalahan yang dapat terselesaikan.
Adaptasi kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3
proses diatas karena ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi
dimana masing-masing komuniti mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan
perasaan akan resiko, respon kesadaran, dan kesempatan. Sifat-sifat budaya
mempunyai koefisiensi seleksi, variasi, perbedaan kematian-kelahiran, dan sifat
budaya yang bekerja dalam sistem biologi.
1.HK. BREGMANN (1847) :
Ternak Kecil Dan Ringan
Permukaan Tubuh
Persatuan Berat Lebih
Luas Dibandingkan Ternak
Besar Dan Berat
Ternak Kecil Dan Ringan
Kehilangan Panas Lebih
Cepat Drpd Ternak
Besar & Berat
Seorang Tinggi &
Kurus, Dengan Bobot Yg Sama Dg
Seorang Yg Pendek
& Gemuk Yg Tinggi & Kurus,
Permukaan Tubuhnya
Lebih Luas.
2. HK. ALLEN
Spesies ternak berdarah
panas, di daerah dingin cenderung berkaki lebih pendek daripada daerah klimat
panas
3.HK. WILSON
Insulasi pelindung terhadap
klimat Bangsa ternak klimat dingin penutup tubuh yg luas, padat, lebat
dan tabal (300 gram pd Shorthorn) mengurangi gerakan udara pd kulit dan menahan
lap. uap air yg menyelaputi permukaan tbh ternak shg ↓ efisiensi disipasievaporatif
panas.Bangsa ternak klimat panas bulu jarang (10 gram pdZebu), pendek,
mengkilat (glassy), kaku dan tipis.Tebal lemak di bawah kulit pada sapi‐sapi Eropa lebih tebal
daripada sapi India.
4.HK. GLOGER
Warna klimat
Pigmen melindungi tubuh
terhadap radiasi sinar UltraViolet Bulu ternak di daerah tropis
warna lebih cerah/pucat memantulkan cahaya (radiasi surya) dan sebagai pelindung
terhadap panas yg sangat. Proses pigmentasi tjd scr bertahap Kulit sapi akan
semakin gelap dg semakin meningkatnya temperatur dan kelembaban. musim
panas bulu cerah, musim dingin bulu gelap. Sekresi
sebum/keringat ↑ dengan
semakin ↑temperatur
2.3 Pemindahan
panas, dan dampak terhadap ternak
Produksi panas oleh
tubuh diperoleh dari :
Produksi panas basal
(basal heat production ) yangberasal dari : Konsumsi karbohidrat,
protein dan lemak
Faktor‐faktor yg meningkatkan
produksi panas sehinggamelampaui laju metabolisma basal, antara lain :Latihan
fisik,Menggigil,Bulu berdiri (terutama untuk menyimpan panas)Tonus otot tanpa
kesadaran Vasokonstriksi,Demam,Penyakit,Meningkatnya sekresi tiroksin dan/
adrenalin Meningkatnya laju
metabolisma.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari ternak yang
mempunyai suhu lebih tinggi pada sebuah benda yang suhunya lebih rendah.
Kecepatan dari beberapa konduksi panas dari berbagai subtansi alam, misalnya
konduktivitas panas dari perak adalah 1000 ; kulit manusia 3,5 – 0,8
(tergantung dari aliran darah); air 1,4 ; kelinci 0,06 ; udara 0,056. Sehingga
kecepatan konduksi panas memasuki kulit adalah sama jumlahnya seperti yang
masuk pada perbandingan dari air, tetapi lebih tinggi 10 – 60 kali dari pada
perbandingan pada penyulingan air (Hafez. By. E.S.E, 1968).
Konduksi terjadi tergantung dari pada 1) kontak
fisik dengan benda atau permukaan sekelilingnya; 2) temperatur dari permukaan
tersebut (tinggi temperatur); 3) konduktivitas ternak, temperatur dan luas
permukaan yang kontak. Misalnya huniditas yang tinggi di musim dingin akan
meningkat rasa dingin, oleh karna itu ditingkatkan konduktivitasnya melalui
perlakuan penutup. Air dingin merupakan alat pendingin yang efisien dan efektif
melalui konduksi. Berbagai metal mudah mengkonduksi panas, sedangkan udara,
minyak, lemak, bulu, rambut, nilon, sutera, kayu dan wol sukar mengkonduksi
panas. Sebab itu manusia memilih panci penggorengan dari metal (dengan alat
pegangan dari kayu). Panas hilang melalui konduksi, namun dapat diminimalkan
dengan insulasi fur dan pakaian penutup. Sapi dan babi mendisipasi panas
melalui konduksi dengan tidur di lantai yang dingin (Sihombing dkk, 2000).
Panas yang dihasilkan ternak dapat hilang dari tubuh dengan cara kontak lansung
dengan permukaan yang lebih dingin. Sebaliknya ternak juga dapat menambah panas
melalui kontak denga permukaan yang lebih panas. Jumlah energy panas yang dapat
dipindahkan melalui konduksi, tergantung pada perbedaan temperatur diantara dua
tempat, luasnya permukaan yang kontak, dan penutup dari dua benda yang saling
berkontak. Perpindahan panas hingga ke struktur badan juga melalui proses
konduksi. Pemindahan panas dari ternak ke lantai kandang akan lebih besar jika
ternak tiduran dari pada berdiri.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keefektifan disspasi panas melalui konveksi diantaranya
adalah : 1) luas permukaan tubuh, 2) kecepatan permukaan tubuh, 3) temperatur
permukaan tubuh ternak, dan 4) tmperatur sekitar.Udara dekat ternak biasanya
leibh panas dari udara lingkungan sekitarnya. Menggantikan lapiasan udara yang
mengelilingi ternak dengan udara lingkungan yang dingin akan memindahkan panas
dari ternak melalui konveksi.Pada udara yang diam, suatu benda yang lebih panas
dari udara akan menyebabkan udara dekat benda tersebut dihangatkan. Karena
udara tersebut lebih panas dari udara sekitar yang juga kurang padat, maka
udara yang panas akan naik, membawa panas dari benda panas tadi dan serentak
membawa udara yang lebih dingin di sekeliling benda tersebut. Konveksi
dipertinggi oleh angin, mungkin mendinginkan ataupun memanaskan ternak,
tergantung dari apakah udara tersebut lebih dingin atau lebih panas dari
temperatur permukaan tubuh ternak (Sihombing dkk, 2000).Dengan demikian
konveksi merupakan mekanisme pemindahan panas dari satu molekul ke molekul lain
dengan kontak fisik (panas ditranfer ke udara, panasnya udara meningkat, lalu
udara membawa panas tersebut bersamanya). Akibatnya, udara yang datang lebih
dingin menggantikan udara yang lebih panas, atau sebaliknya (Hafez. By. E.S.E,
1968).
Evaporasi
Suatu sarana yang palin penting
untuk melepaskan panas yang tinggi adalah melalui evaporasi. Evaporasi dari
kulit tergantung pada : temperatur dan uap lembab kulit, penutup kulit (rambut,
Wool, bulu), humiditas, kecepatan dan temperatur udara sekitar, laju dan volume
respirasi/pernafasan, ketersediaan air untuk dievaporasikan, luas permukaan
tubuh ternak (Sihombing dkk, 2000).Proporsi banyaknya panas yang hilang oleh
evaporasi dapat diubah oleh pengukuran bulu atau wol. Ternak ungga yang berbulu
normal kehilangan sekitar 50% panasnya oleh evaporasi, sedangkan unggas berbulu
keriting hanya kehilangan 15 – 20% panasnya oleh evaporasi, karena kelilangan
panas unggas berbulu keriting lebih banyak melalui radiasi.Pada ternak yang
tidak berpeluh, sangat sedikit uap air yang keluar dari kulitnya yaitu hanya
uap lembab yang mencapai permukaan oleh osmosis, atau permeabilitas fisis dan
bukan dari aktivitas kelenjar keringat.
Unggas tidak memiliki kelenjar keringat
oleh karena itu pendinginan evaporatif dilakukan dengan mengengah-engah
(panting) yang biasanya dimulai pada temperatur lingkungan 26,7 – 32,2 OC.Pendinginan
evaporatif juga telah terbukti berhasil pada kandang ayam petelur dengan
lingkungan terkontrol. Sewaktu temperetur lingkungan diluar kandang 37,8OC
(100 OF) atau lebih, kemudian didinginkan dengan menggunakan kipas
exhaust untuk menarik udara melalui permukaan basah (air disirkulasi melalui
wol-kayu atau ekseltor, di dinding samping) sehingga menurunkan temperetur
kandang 10 – 15OF (menjadi 32,2 – 29,4OC) akan
meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan (Hafez. By. E.S.E, 1968).
Radiasi.
Radiasi adalah suatu alat yang
sangat penting untuk penghilang panas dari ternak ke benda yang lebih dingin
dan ternak memperoleh panas dari benda yang lebih panas. Energi radiasi tidak
memanaskan udara secara langsung, tetapi secara tidak langsung memanaskan
permukaan padat, seperti tanah, air, bangunan, pepohonan, kabut, debu, ternak
dan sebagainya. Dengan cara ini energi radiasi diubah menjadi energi termal,
yang selanjutnya memanasi udara melalui konduksi dan konveksi, dan memasuki
benda padat melalui pantulan radiasi (Sihombing dkk, 2000). Memperoleh atau
kehilangan panas yang ditransfer gelombang sinar infra merah (> 700 mu,
milimikron) tergantung bukan hanya pada temperatur tetapi juga pada warna dan
tektur benda (makin gelap dan makin kasar permukaan benda akan memaksimalkan
proses radiasi).Faktor yang mempengaruhi kehilangan atau perolehan panas
melalui radiasi adalah : 1) luas permukaan tubuh, 2) temperatur kilit ternak,
3) temperatur udara sekeliling ternak, 4) emisivitas (emissivbity,
absorptivity) kulit ternak, yakni kesanggupan tubuh ternak menyerap dan
memancarkan panas.
Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan
Efek dari iklim yang panas pada
ayam broiler akan mengakibatkan menurunkan konsumsi pakan, dan meningkatkan
konsumsi air minum untuk mengimbangai dan menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu
lingkungan. Dengan menurunnya konsumsi pakan maka nilai nutrisi yang masuk dalam
tubuh juga akan berkurang, yang selanjutnya pada bobot badan yang dihasilkan
juga akan menurun jika dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara pada
suhu yang termonetral.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin
penting yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi
lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme
selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor
lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses
kognitif dan level gerak yang terus-menerus.Adaptasi adalah cara bagaimana
organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup.
Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk memperoleh
air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan
seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari musuh
alaminya. bereproduksi, dan merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya
.
.
B.
Saran
Saran
yang dapat saya berikan kepada pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui
tentang adaptasi suatu organisme terhadap suatu lingkungan dan makalah ini
masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
http://sumarnifapet.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://saintis-akademis.blogspot.com/2012/01/dampak-pemanasan-global-terhadap.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_dan_bangunan_pertanian
https://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/kemarau-datang-heat-stress-mengancam/1-tata
https://mickeybal.wordpress.com/2012/12/18/126/
http://www.scribd.com/doc/266093436/Adaptasi-Ternak#scribd
http://geografimun4.blogspot.com/2015/06/pengaruh-iklim-terhadap-peternakan.html
0 Response to " MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN TINGKAH LAKU HEWAN"
Posting Komentar