loading...
PENDAHULUAN
Unggas
adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk
daging dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh
bulu. Umumnya unggas merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam
dan kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur.
Telur
adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah
harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas
merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi
oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim
disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika
ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. Adapun untuk
menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan
dalam menetaskan.
Untuk
memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung puyuh
dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur
tetas yang akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat
mengerami telur pada unggas itu telah muncul. Misalnya pada ayam buras,
sifat mengerami telur tampak jelas sekali. Pada saat sifat ini muncul,
ayam buras tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan ayam ras yang
sifat mengeramnya dapat diatur atau dihilangkan dari induknya.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio unggas. Lama
penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis
hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan,
semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan
telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan
selalu hampir bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain
seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk
memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh induknya
maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas
buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.
Sudah
sejak ribuan tahun sebelum masehi orang berusaha dan mencoba penetasan
tiruan tanpa melalui induk unggas. Usaha – usaha tersebut antaralain
dilakukan oleh orang Mesir kuno yang pada saat itu memang sudah tinggi
kebudayaannya. Usaha – usaha lain terdapat pula didaratan Cina, juga
ribuan tahun sebelum masehi. Di Mesir sebuah alat penetas tiruan dengan
memanfaatkan sinar matahari telah dicoba orang kala itu, jauh sebelum
jaman Aristoteles, dan menghasilkan anak ayam yang cukup banyak
(persentase daya tetas yang tinggi). Alatnya sederhana, berupa tungku –
tungku yang dapat memuat ribuan telur. Mesin tetas modern pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat sekitar abad 17-an dan berkembang terus
hingga kini.
Di
Indonesia, sebenarnya mesin tetas buatan telah ada sebelum zaman
kemerdekaan dengan prinsip dan cara pengoperasian mirip dengan mesin
tetas sekarang. Usaha itu mulai dikembangkan pada akhir tahun 1959-an
dan berkembang terus hingga kini. Walaupun masih dalam bentuk yang
sederhana, tetapi Indonesia sudah mampu membuatnya. Mulai dari kapasitas
seratus hingga ribuan, karena memang prinsipnya sederhana.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu penetasan telur.
2. Mengetahui syarat penetasan telur yang baik.
3. Mengetahui tata laksana penetasan telur.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur.
II. PEMBAHASAN
2.1 Penetasan telur
Penetasan
telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin
penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
(behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.
Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan
telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua
cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan
buatan (mesin tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman hanya
sekitar 10 – 15 butir telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat
bervariasi tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100 butir telur).
1. Menetaskan telur dengan induk ayam
Pengeraman
telur secara alami (dengan induk ayam) untuk memeperbanyak populasi
telah dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam. Saat itu belum ada alat
pengganti induk ayam. Semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada
induk ayam itu sendiri.
Yang
perlu disiapkan untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang
kelak akan menghasilkan individu baru. Tempat penetasan ini biasa
disebut sarang atau sangkar. Alasnya terbuat dari rumput atau jerami
yang bersih dan lembut. Biasanya induk akan membuat sendiri sarangnya
dengan menggunakan naluri kehewanan nya dan dapat menentukan baik
tidaknya sarang yang telah dibuatnya. Bila hal ini diabaikan, kegagalan
penetasan menjadi lebih besar.
Saat
ini campur tangan manusia dalam pembuatan sangkar telah dilakukan,
terutama pada induk ayam yang baru belajar mengerami telurnya (Paimin,
2000). Penetasan telur secara alami mudah dilakukan karena pengeraman
telur sepenuhnya diserahkan pada induknya sehingga tidak memerlukan
pengetahuan khusus, tidak memerlukan peralatan khusus serta tidak ada
ketergantungan terhadap tersedianya sumber panas. Akan tetapi, kejelekan
dari penetasan alami diantaranya adalah kapasitasnya kecil, selama
mengerami telurnya tidak berproduksi telur serta memudahkan penularan
penyakit dari induk kepada yang baru menetas (Sukardi, 1999).
2. Menetaskan telur dengan alat tetas buatan
Berbeda
dengan cara pertama, maka pada cara kedua ini 100% aktivitas penetasan
itu membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak tahu menahu
masalah penetasan. Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas
untuk menetaskan telur tetas melalui aktivitas pengeraman. Selama
mengeram hingga anaknya disapih, ayam atau unggas itu tidak akan
bertelur (Rasyaf, 1990).
Penetasan
buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau
inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami,
yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan
sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan
optimal, sehingga telur dapat menetas (Sukardi, 1999). Penetasan dengan
alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu dengan matahari dan sekam
serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat
sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat
tetas yang prinsip kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga
panas, baik panas matahari maupun panas listrik ataulampu teplok
(Paimin, 2000).
Mengapa penetasan telur perlu dilakukan ?
1. Karena
ada jenis unggas yang mempunyai naluri atau sifat mengeram sedikit atau
bahkan tidak punya sifat itu seperti itik, ayam arab, dan puyuh. Kalau
menggunakan jasa menthok atau lainnya maka perlu tambahan biaya untuk
pemeliharaan menthok tersebut.
- Jumlah telur yang mampu dierami induk terbatas sehingga menyulitkan manajeman pemeliharaan. Jika mempunyai 10 ekor induk. Saat sekarang ada yang menetas, tiga hari kemudian ada yang menetas lagi, dua minggu ada yang menetas lagi, bahkan ada yang menetas mungkin satu-dua bulan lagi. Betapa kacaunya model pemeliharaannya karena harus punya beberapa kandang pembesaran.
- Agar produksi dari seekor induk lebih banyak. Hal ini disebabkan umur untuk berproduksi berkurang dengan adanya sifat mengeram dan mengasuh anak. Sehingga yang semula seekor induk hanya mampu berproduksi telur hanya 60-75 butir/tahun dapat meningkat menjadi 100-120 butir/tahun.
- Sebagai sarana pencegahan penyakit. karena di dalam proses penetasan buatan terdapat program penyucihamaan telur dan ruangan mesin tetas dengan desinfektan. Kalau penyucihamaan dilakukan dengan benar maka dapat memutus jalur penyebaran penyakit yang merugikan dapat merugikan (Harianto, 2008).
2.2 Syarat – Syarat Penetasan Telur
Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Suhu dan perkembangan embrio
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C) dan akan berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C),
sesudah telur diletakan dalam alat penetasan atau mesin tetas,
pembelahan sel segera berlangsung dan embrio akan terus berkembang
sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa suhu ruang penetasan
harus sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu yang
diperlakukan untuk penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat
sedikit berbeda dengan suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
Mulai hari pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu
ruang penetasan antara99 – 1000F (35 – 41,110C), sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas, sebaiknya suhu diturunkan sekitar 2 – 30F (0,55 – 1,110C). Adapun suhu yang umum untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 101 – 1050F (38,33 – 40,550C) atau rata – rata sekitar 100,40F. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang diinginkan.
2. Kelembapan dalam induk buatan
Selama
penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan
perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban nisbi yang umum untuk
penetasan telur ayam sekitar 60 – 70 %. Kelembaban juga mempengaruhi
proses metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembaban nisbi
terlalutinggi, perpindahan Ca dari kerabang ketulang – tulang
dalamperkembangan embrio lebih banyak. Pertumbuhan embrio dapat
diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan diperoleh pada
kelembaban nisbi mendekati 60%.
Mulai
hari pertama hiungga hari kedelapan belas kelembaban nisbi yang
diperlukan sebesar 60%, sedangkan untuk hari – hari berikutnya
diperlukan 70%. Biasanya, kelembaban dapat diatur dengan memberikan air
kedalam mesin tetas dengan cara meletakannya dalam wadah ceper.
3. Ventilasi
Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori – pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin tetas harus cukup tersedia oksigen.
Jika
kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida akan mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian kadar
karbondioksida akan meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar oksigen
menurun sekitar 0,5%. Peningkatan kadar karbondioksida yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya teteas telur. Jika kadar
karbondioksida meningkat 1%, maka kematian embrio dapat meningkat.
Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%, embrio akan mati sebelum menetas.
Penigkatan kadar karbondioksida yang masih diperbolehkan adalah sebesar
0,5 – 0,8%, dengan kadar optimum 0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981),
perimbangan udara dalam mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5%
gas CO2 dan 21% O2(Paimin,2000).
Jangka
waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing – masing spesies
unggas berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan, semakin besar ukuran
tubuh dari masing – masing spesies semakin besar pula ukuran telurnya
dan semakin lama jangka waktu yang diperlukan untuk menetaskan telurnya.
Jangka waktu yang diperlukan untuk penetasan telur pada masing – masing
spesie dapat dilihat pada tabel berikut :
Spesies
|
Periode penetasan (hari)
|
Ostrich
|
42
|
Angsa
|
35
|
Itik manila
|
35
|
Kalkun
|
35
|
Itik
|
28
|
Puyuh bobwhite
|
24
|
Ayam
|
21
|
Puyuh Jepang
|
17
|
Burung merpati
|
17
|
(Sukardi, 1999).
2.3 Tata laksana Penetasan Telur
Keberhasilan
penetasan telur sangat tergantung pada manajemen penetasan. Hal – hal
yang perlu diperhatikan pada tatalaksana penetasan adalah :
1. Sesuai dengan
kegunaannya, telur dibedakan menjadi dua macam, yaitu telur konsumsi
dan telur tetas. Telur konsumsi umumnya berasal dari unggas yang tidak
dikawinkan, sehingga didalamnya tidak terkandung embrio (infertil).
Jika telur tersebut dierami, maka telur tersebut tidak dapat menetas,
telur tetas adalah telur yang berasal dari induk yang dikawinkan,
sehingga Pemilihan telur
didalamnya
terdapat embrio yang dapat berkembang bila kondisi lingkungannya
sesuai. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teluryang akan
ditetaskan adalah :
a. Asal telur ; telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang dikawinkan.
b. Besar
telu ; telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya
tetas yang rendah. Disamping itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi
positif dengan bobot tetas, sehingga telur yang kecil akan menghasilkan
bobot tetas yang kecil, demikian pula sebaliknya.
c. Bentuk
telur ; telur mempunyai bentuk oval (bulat telur) dengan dua ujung
yaitu ujung tumpul dan ujung lancip. Telur yang normal memiliki indeks
telur sekitar 74%.
d. Kerabang
telur ; kerabang telur disamping penting sebagai sumber mineral untuk
pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan
fisik serta mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur
sehingga daya tetasnya rendah.
2. Fumigasi
Telur
yang baru diambil dari kandang telah tercemar mikroba yang populasinya
tergantung pada tingkat kebersihan telur. Fumigasi merupakan upaya untuk
membasmi mikroba tersebut. Fumigasi dengan menggunakan gas formaldehyde
digunakan secara luas pada perusahaan penetasan telur, karena disamping
mudah dilakukan, gas tersebut mempunytai daya basmi terhadap mikroba
yang tinggi ( Sukardi, 1999).
Dengan melakukan sanitasi / membersihkan mesin tetas dari segala kotoran, kemudian dilakukan fumigasi dengan menggunakan KMnO4dan Formalin 40%, dengan perbandingan untuk 1 m³ diperlukan KMnO4 6 gram dan Formalin 40% 12 ml. Wadah/bak air diisi dengan air hangat-hangat kuku (38,5ºC), setelah itu bak air dimasukkan dalam mesin tetas. Hidupkan
mesin tetas dan stabilkan suhu dalam mesin tetas hingga mendapatkan
suhu yang konstan pada skala 101ºF. Cara mengatur suhu dengan merubah
kedudukan skrup termostat, apabila suhu belum mencapai 101ºF lampu sudah
mati maka skrup pada termostat diputar ke kiri sampai menyala, atau
sebaliknya apabila suhu sudah mencapai 101ºF tetapi lampu belum mati
maka skrup pada termostat diputar ke kanan sampai lampu mati. Pekerjaan
ini di ulang-ulang hingga diperoleh suhu 101ºF, kemudian tunggu selama
24 jam, apabila sudah tidak berubah lagi maka mesin tetas sudah siap
digunakan. Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 45 derajat, dan bagian ujung tumpul berada diatas. Penambahan
kelembaban, untuk telur itik perlu dilakukan penambahan kelembaban
dengan pengabutan air pada telur maupun dalam mesin atau telur di basahi
dengan air hangat dilakukan setiap pembalikan telur.
Pelaksanaan penetasan.
a. Hari ke 1 : Masukkan telur ke dalam mesin tetas setelah langkah-langkah persiapan sudah siap. Ventilasi ditutup rapat, suhu 101ºF, catat posisi telur pada kartu kontrol.Lakukan pemerikasaan telur (candling) setelah 24 jam.
b. Hari ke 2 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101ºF.
c. Hari ke 3 : Mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, Suhu 101ºF.
d. Hari
ke 4 : Mulai pemutaran telur, pemutaran telur dilakukan sehari 3 kali
yakni pagi jam 06.00, siang jam 14.00, malam jam 22.00 (interval 8 jam)
dengan cara membalik, mengeluarkan telur beserta raknya. Pemutaran
dilakukan diluar sambil pendinginan 10 – 15 menit (Putar 3 kali dan
pendinginan), Suhu 101ºF. Ventilasi dibuka ¼ bagian, jangan lupa
dicatat.
e. Hari ke 5 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ½ bagian.
f. Hari ke 6 : Putar 3 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ¾ bagian.
g.
Hari ke 7 : Putar 3 kali dan pendinginan, dilakukan pemeriksaan telur
dan hanya telur yang embrionya hidup yang dimasukkan kembali kedalam
mesin tetas, suhu 101 ºF, ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa dan
jangan lupa dicatat.
h. Hari ke 8 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air. ventilasi dibuka seluruhnya.
i. Hari ke 9 : Putar 3 kali dan pendinginan.
j. Hari ke 10 : Putar 3 kali dan pendinginan.
k. Hari ke 11 : Putar 3 kali dan pendinginan.
l. Hari ke 12 : Putar 3 kali dan pendinginan.
m. Hari ke 13 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air.
n. Hari ke 14 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke dua.
o. Hari ke 15 : Putar 3 kali dan pendinginan.
p. Hari ke 16 : Putar 3 kali dan pendinginan.
q. Hari ke 17 : Putar 3 kali dan pendinginan.
r. Hari ke 18 : Putar 3 kali dan pendinginan.
s. Hari ke 19 : Putar 3 kali dan pendinginan.
t. Hari ke 20 : Putar 3 kali dan pendinginan.
u. Hari ke 21 : Putar 3 kali dan pendinginan.
v. Hari ke 22 : Putar 3 kali dan pendinginan.
w. Hari ke 23 : Putar 3 kali dan pendinginan.
x. Hari ke 24 : Putar 3 kali dan pendinginan.
y. Hari ke 25 : Putar 3 kali dan pendinginan. dilakukan pemeriksaan telur ke tiga, suhu dikontrol. Ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa jika perlu ditambah dengan air hangat.Jangan lupa dicatat.
z. Hari ke 26 : Tidak dilakukan pemutaran tetapi tetap dikontrol.
aa. Hari ke 28 : Pada hari ini biasanya telur sudah mulai retak.
ab. Hari ke 29 : Pada hari ini biasanya telur sudah menetas, anak itik yang sudah kering dikeluarkan dari mesin tetas.
Penanganan Anak itik
Setelah
anak itik menetas mencapai umur satu hari, anak itik dipindahkan ke
kandang box dan diberi pemanas sebagai ganti induk itik dan diberi pakan
starter, pemeliharaan selanjutnya seperti memelihara itik unggas pada
umumnya, untuk itik seyogyanya pemberian pakan dicampur air (sedikit
basah).
Pengakhiran praktikum
Mesin
tetas yang sudah selesai digunakan dicuci sampai bersih dan
dicucihamakan kemudian dikembalikan ke ruang penetasan, seperti kondisi
saat peminjaman, keadaan mesin tetas utuh, peralatan thermometer, rak
maupun perlengkapan lainnya dikembalikan untuk disimpan atau digunakan
lagi (Nuryati, 2000).
2.4 Faktor yang mempengaruhi Penetasan.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung adalah :
1. Sumber panas,
karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan sebagai
media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses
penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau
lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu
menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF
(38,5ºC), untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya
termoregulator.
2. Air,
berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan
mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan
berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada
penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% - 70%,
sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu
75%.
3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
c. Mengatur ventilasi mesin tetas.
d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4. Pemutaran
telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada
permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel
pada salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan
mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur
dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila telur
diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
5. Peneropongan,
dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio
secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama
penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot,
2009).
III. KESIMPULAN
a. Penetasan
telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin
penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku
(behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.
b. Syarat – syarat penetasan telur : suhu dan perkembangan embrio, kelembapan dalam induk buatan dan ventilasi.
c. Tata laksana meliputi pemilihan telur dan fumigasi.
d. Faktor yang mempengaruhi Penetasan yaitu :
- Sumber panas,
- Air,
- Operator,
- Pemutaran telur,
- Peneropongan.
DAFTAR PUSTAKA
Gatot, 2009. Penetasan Telur.http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.html. diakses tanggal 5 Mei 2012.
Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur Unggas.http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/. Diakses tanggal 25 Mei 2012.
Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
0 Response to "Syarat – Syarat Telur Tetas"
Posting Komentar